Makalah Bedah Buku Psikologi Komunikasi
BAGIAN I
KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah
penggunaan bahasa atau pikiran yang
terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal
merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan
simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima
pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan.
Komunikasi
intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan
mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan
kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh
komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi,
maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena
pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak
persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan
ataupun obyek.
B. Maksud
dan Tujuan
Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas
di mata kuliah Psikologi Komunikasi
dan juga untuk menjelaskan rangkuman
dari buku ‘Psikologi komonikasi mengenai Komnikasi Intrapersonal, bagian satu
dari karangan Morissan MA.” Kami mengharapkan
dengan adanya makalah ini para pembaca dapat memahami hal-hal yang kami bahas
di makalah ini.
C. Rumusan
Masalah
Untuk
memperjelas apa yang dibahas,
maka kami merumuskan beberapa permasalahan diantaranya sebagai berikut :
·
Bagaimanakah
penilaian dan perubahan sikap itu dapat terjadi?
·
Mengapa manusia
disebut sebagai makhluk berpikir?
·
Bagaimakah proses
berpikir dan merancang strategi pesan
dapat terjadi?
·
Apakah yang
dimaksud dengan rencana tindakan dan logika pesan?
BAB II PENILAIAN DAN PERUBAHAN SIKAP
A.
Bagaimana
Individu Memberi Penilaian?
Dalam melakukan penelitian mengenai penilaian
sosial ini, sejumlah responden diminta pendapatnya terhadap sejumlah pernyataan
mengenai berbagai topik (isu). Misalnya,
ketika media massa ramai memberitakan mengenai isu banyaknya kecelakaan pesawat
udara dan berbagai peristiwa pemboman yang dilakukan teroris di Indonesia.
Orang juga ramai membicarakan peristiwa pembajakan pesawat terbang sipil oleh
teroris di Amerika dan kemudian menabrakkan pesawat itu ke gedung pencakar
langit di kota New York pada tanggal 11 september 2001.
Bagaimanakah cara kita
mengubah sikap mereka yang cemas tersebut agar mau kembali menggunakan pesawat udara?
Dalam hal ini teori penilaian sosial memberikan rekomendasi bahwa kita harus
menentukan terlebih dulu posisi dan luas dari ketiga wilayah sikap tersebut.
1.
Keterlibatan
Ego
Tingkat penerimaan atau penolakan seseorang
terhadap pesan dipengaruhi oleh satu variable penting yang disebut dengan
‘keterlibatan ego’ (ego involvement)
yang
diartikan sebagai sense of personal revelance of an issue (adanya hubungan
personal dengan isu bersangkutan). Dengan kata lain, keterlibatan ego mengacu
pada seberapa penting suatu isu dalam kehidupan seseorang. Misalnya, anda sudah
cukup sering membaca di media massa mengenai maraknya pembalakan
pembalakan hutan secara liar (illegal logging) di Indonesia. Jika anda tidak pernah merasakan
akibat langsung pembalakan liar ini, misalnya rumah anda tidak pernah
kebanjiran atau tidak ada tanah longsor di lingkungan anda. Atau peristiwa lain
dengan mana kegiatan pembalakan liar patut dipersalahkan sebagai penyebabnya,
maka anda menganggap isu pembalakan liar sebagai hal yang tidak penting karena
keterlibatan ego anda rendah.
Sebaliknya, jika anda atau lingkungan anda pernah mengalami bencana alam yang
menyebabkan anda kehilangan harta benda atau anda tinggal di kawasan rawan longsor yang rentan terhadap
pembalakan liar maka sangat mungkin anda akan menjadikan isu itu sebagai
sesuatu yang sangat penting.
Orang dengan keterlibatan ego rendah cenderung memandang sama
setiap orang dalam suatu kelompok. Mereka juga mengalami kesulitan untuk
mengetahui adanya perbedaan dan keunikan yang ada pada diri setiap individu.
Harap diperhaikan bahwa efek dari keterlibatan ego tinggi pada persepsi dapat
disamakan dengan orang yang memiliki kompleksitas kognitif rendah. Terhadap
Orang yang memiliki
kepedulian yang mendalam terhadap suatu isu dan karenanya memiliki keterlibatan
ego tinggi, biasanya memiliki pandangan yang ekstrim terhadap isu yang menjadi
perhatiannnya, oleh sebab itu sikap yang
mereka tunjukan cenderung berada pada kedua ujung skala dari skema
kognitif. Namun hal ini tidak bersifat mutlak karena mereka yang memiliki
kepedulian yang mendalam terhadap suatu isu dapat saja di tengah-tengah skala
peta kognitif. Pandangan radikal sering muncul pada diri orang yang terlalu
bernafsu dan memiliki emosi tinggi terhadap suatu isu, mereka juga menunjukkan
sedikit toleransi terhadap perbedaan.
2.
Jangkar
Sikap
Sherif menyatakan orang
menggunakan acuan atau jangkar sikap
sebagai pembanding ketika menerima sejumlah pesan yang berbeda-beda atau
bahkan bertentangan. Pandangan Sherif dipengaruhi oleh riset yang telah
ditentukan sebelum bidang medis yaitu ‘riset penilaian fisik’ (physical
judgement research). Dalam riset ini sejumlah orang diuji kemampuannya dalam
menilai suatu hal misalnya berat suatu benda atau tingkat intensitas cahaya.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses serupa dapat dilakukan juga
terhadap rangsangan (stimuli) non fisik.
3.
Efek
Kontras
Efek kontras adalah
suatu distorsi persepsi yang mengarah pada terjadinya polarisasi ide. Namun
menurut Sherif, kontras hanya terjadi jika pesan masuk ke dalam kategori
wilayah penolakan. Jika pesan masuk ke dalam wilayah penerimaan disebut dengan
asimilasi. Asimilasi adalah kesalahan penilaian yang bertolak belakang dengan
kontras. Asimilasi berfungsi mendorong suatu ide kea rah atau mendekati jangkar
sikap penerima pesan (pendengar) sehingga ia dan pengirim pesan memiliki
pandangan yang sama.
Efek pertentangan
terjadi bila individu menilai suatu pesan menjadi lebih jauh atau bertentangan
dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya. Kontras berfungsi
mendorong suatu ide menjauhi jangkar sikap penerima pesan (pendengar) sehingga
penerima dan pengirim pesan memiliki pandangan yang berbeda.
Teori penilaian social
menunjukkan kepada kita gagasan mmengenai hubungan yang erat antara
keterlibatan ego dan persepsi. Mereka memiliki keterlibatan atau komitmen
tinggii terhadap suatu isu menunjukkan wilayah penolakan yang lebar. Setiap
pesan yang masuk ke dalam wilayah penolakan akan diterima atau dirasakan
sebagai memiliki intensitas perbedaan yang tinggi dari sebenarnya.
B.
Bagaimana
Sikap Berubah
Menentukan
seberapa jauh atau dekat posisi pesan dari jangkar sikap yang dimiliki
seseorang menjadi tahap awal bagi terjadinya perubahan sikap. Mengubah jangkar
sikap sebagai hasil tanggapan terhadap pesan menjadi tahap kedua. Menurut
Sherif kedua proses tersebut biasanya terjadi diluar level kesadaran seseorang.
Menurut teori penilaian social, sekali kita telah memberikan penilaian terhadap
suatu pesan yang baru masuk ke dalam
wilayah penerimaan maka kita akan menyesuaikan sikap kita dengan pesan itu.
Efek persuasive yang dihasilkannya akan bersifat positif namun tidak akan
bersifat secara keseluruhan.
Menurut
Sherif, pembagian pernyataan kedalam kelompok-kelompok pernyataan yang bisa
diterima, ditolak, netral sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam
hal ini terdapat empat hal yang perlu diperhatikan, seperti berikut ini.
·
Pertama, pesan yang berada
dalam wilayah penerimaan (latitude of
acceptance) akan dapat mendorong perubahan sikap.
·
Kedua, jika anda
menilai suatu argument atau pesan masuk dalam wilayah penolakan (latitude of rejection) maka perubahan
sikap akan berkurang atau bahkan tidak ada.
·
Ketiga, jika berbagai
argument yang anda terima berada antara wilayah penerimaan dan wilayah dimana
anda berpandangan netral (noncommitment)
maka kemungkinan perubahan sikap anda akan dapat terjadi walaupun berbagai
argument itu berbeda dengan argument sendiri.
·
Keempat, semakin besar
keterlibatan ego anda dalam suatu isu,
semakin luas wilayah penolakan, semakin kecil wilayah netral maka akan semakin
kecil perubahan sikap.
C.
Strategi
Persuasi
Menurut teori penilaian social terdapat
tiga factor yang berperan sangat menentukan apakah suatu ide atau pernyataan
akan masuk kedalam wilayah penerimaan atau penolakan yaitu sebagai berikut.
1.
Kredibilitas
Narasumber
Suatu eksperimen pernah
dilakukan untuk mengatahui penilaian mahasiswa terhadap pendapat yang dikaitkan
dengan kreadibilitas narasumber mengenai isu yang sangat penting bagi mereka
sebagai makhluk hidup yaitu tidur. Pandangan yang banyak diterima adalah setiap
orang membutuhkan waktu tidur delapan jam sehari agar tubuh dapat berfungsi
dengan baik.
Para mahasiswa akan
dibagi kedalam kelompok. Kelompok pertama membaca artikel yang menyatakan
kebutuhan tidur adalah delapan jam, kemudian kelompok kedua membaca artikel
yang menyatakan kebutuhan tidur adalah enam jam. Begitu seterusnya hingga
kelompok terakhir membaca artikel yang menyatakan bahwa tidak membutuhkan
tidur. Mereka kemudian diminta memberikan pendapat mengenai artikel yang mereka
baca.
2.
Ambiguitas
Pesan
Pesan yang samar-samar
(ambigu) dan tidak jelas namun diterima sebgaai pesan yang bagus dan menarik
seringkali memberikan efek yang lebih positif dibandingkan dengan pesan yang
jelas dan lugas.
3.
Pemikiran
Dogmatis
Mereka yang berfikir
secara dogmatis adalah kelompok orang yang paling sulit mengalami perubahan
sikap. Mereka berfikir secara kaku dengan menggunakan prinsip kaca mata kuda.
Mereka biasanya memiliki pemikiran dogmatis pada setiap issu. Mereka adalah
orang-oranf yang memiliki wilayah penolakan yang tinggi terhadap isu-isu yag
berbeda dengan apa yang dipahaminya sebagai benar selama ini.
BAB III
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERFIKIR
Manusia
pasti mempunyai berbagai macam sifat dan sikap, contoh sikap kritis, ini adalah sikap yang
penting guna untuk mendorong ke
majuan,ilmu
pengetahuan tidak akan berkembang tanpa pemikiran yang kritis. teori yang
memberikan perhatian terhadap masalah ini dinamakan “teori kemungkinan
elaborasi atau elaboration likelihood theory ( ELT ). yang dikembangkan oleh
Richard petty and john cacciopo, ELT ini menjelaskan tentang bagaimana cara
yang dilakukan orang ketika mengevaluasi informasi yang diterimanya, terkadang beberapa
orang mengevaluasi suatu informasi dengan cara yang rumit menggunakan dengan
pemikiran yang kritis ataupun dengan tidak menggunakan pemikiran kritis. Dan terkadang orang
sangat memikirkan persoalan namun ada pula orang yang terlalu menggampangkan
persoalan contohnya ucapan
“gitu
aja ko repot!” adalah contoh orang yang menggampangkan persoalan.
Teori
kemungkinan elaborasi memberikan prediksi apakah seseorang akan menggunakan
pemikiran kritisnya terhadap suati isu atau tidak,menurut teori ELT ini orang
memproses suatu informasi di dalam otaknya terdiri atas 2 cara ,membawa
informasi itu melalui jalur sentar atau pusat ( counter route), dan yang kedua
membawa informasi itu melalui jalur peripheral atau jalur pinmggiran(peripheral
route). Elaborasi atau pemikiran kritis terjadi pada jalur sentral pada otak
manusia sedangkan pemikiran yang kurang kritis terjadi pada jalur peripheral.
A.
Berpikir Melalui Jalur
Sentral
Teori
berpikir melalui jalur sentral ini mengolah pesan atau informasi secara aktif
menelaah dan memikirkan informasi itu dan mempertimbangkan dengan memperhatikan
informasi lain yang sudah anda miliki sebelumnya, jalur sentral berfungsi untuk
melakukan elaborasi terhadap pesan atau informasi yang diterima, elaborasi
dapat di definikan sebagai : “seberapa jauh seseorang untuk berpikir secara
cermat terhadap argumentasi yang relevan terhadap suatu isu dalam komunikasi
persuasive. Sehingga
pada jalur ini otak akan mencermati ,meneliti, dan menguji secara hati-hati
dalam setiap argument.
B.
Berpikir
Melalui Jalur Periferal
Jalur
peripheral dalam otak manusia menawarkan cara mudah untuk menerima atu menolak
informasi yang akan kita terima. Penerimaan informasi secara mudah ini
dilakukan sebagaimana dikemukakan petty dan cacioppo “ tanpa melakukan
pemikiran yang aktif terhadap berbagai atribut isu atau hal-hal yang perlu
dipertimbangkan” sehingga melalui jalur peripheral ini menjadikan orang kurang
kritis terhadap informasi yang diterima, selain itu perubahan yang terjadi akan
bersifat sementara ( temporal).
Cialdini
mengemukakan 6 alasan yang digunakan individu sebagai cara mudah untuk berpikir
, yaitu :
1. Konsistenssi, alasan karena bisa
bersifat negative terkadang manusia selalu tidak konsisten.
2. Sosial, alasan menggunakan
orang lain sebagai pembenar contoh, “orang lainpun bisa melakukannya”.
3. Kesukaan,
alasan perasaan simpati terhadap seseorang, terkadang orang melihat dari cover saja tidak melihat dari
dalamnya. Sehingga tidak kritis pemikirannya.
4. Kekuasaan,
alasan karena orang dengan mempunyai sifat ini menghentikan orang untuk
berpikir kritis. Seenaknya terhadap orang.
5. Kelangkaan,
alasan kelangkaan, adalah perasaan takut kehabisan atau tidak kebagian, contoh
“ayo cepat nanti kita tidak kebagian barang ” padahal kenyataannya cukup untuk
persediaan semua, tetapi orang tetap saja berdesak-desakan , dan rela antri
untuk mendapat sesuatu.
6. Tanggapan,
alasan karena untuk memberi respon atau balasan terhadap pernyataan cepat tanpa
pertimbangan mendalam.
C.
Motivasi
Berpikir
Menurut Petty
dan Cacioppo manusia pada dasarnya berkeinginan untuk selalu memiliki sikap
atau pandangan yang benar terhadap semua hal. Walaupun manusia terkadang tidak
selalu mampu untuk menggunakan nalar atau logika secara baik namun manusia
memiliki kecenderungan untuk selalu serius dalam mencari kebenaran. Contoh
setiap informasi pasti berupaya untuk menarik perhatian kita , dan banyak pesan
yang selalu membujuk kita sehingga kita terkadang suka pusing dan terlalu
banyak pikiran sehingga otak menjadi overload. Kelebihan beban. Dan akhirnya
kitapun pasti akan memikitrkan dan lebih bersifat selektif terhadap informasi
yang diterima dan lebih mencermati pesan-pesan uang dianggap penting saja. Motivasi pada dasarnya
memiliki 3 faktor yaitu:
1. Keterlibatan
pribadi terhadap suatu topic, semakin penting suatu isu yang menyangkut
kepentingan nada ,maka semakin besar anda menggunakan pemikiran kritis anda.
2. Keberagaman
argument, anda akan berpikir kritis jika terdapat banyak pandangan yang
dikemukakan terhadap suatu isu. Jika mendengar sejumlah orang berbicara dan
mengemukakan pandangan berbeda mengenai suatu isu maka mudah menentukan secara
cepat pandangan mana yang paling tepat sehingga anda harus menggunakan pemikiran
kritis anda.
3. Kecenderungan
pribadi. Orang-rang tertentu cenderung untuk mempertimbangkan segala hal dengan
cermat seghingga mereka lebih sering menggunakan pemikiran kritisnya
dibandingkan orang lain. Orang-orang yang memiliki sifat argumentatatif pada
umumnya orang-orang tersebut lebih sering menggunakan pemikiran kritis.
D.
Kemampuan
Berpikir
Ketika
seseorang sudah termotivasi untuk memikirkann isi pesan maka tidak serta merta
ia mampu menelaah dan berpikir secara kritis terhadap isi pesan yang
diterimanya. Dengan demikian apakah orang tersebut memiliki kemampuan untuk
berpikir secara kritis atau tidak ? Melakukan elaborasi atau berpikir kritis
membutuhkan kecerdasan dan juga konsentrasi.
Jika
anda tidak termotivasi dan tidak memiliki kemampuan untuk mengelola pesan pada
jalur sentral maka anda cenderung kembali menggunakan jalur periferal maka
begitu pula sebaliknya jika anda termotivasi dan mampu memproses informasi pada
jalur sentral maka informasi itu akan dibandingakan dengan pengetahuan yang sudah anda miliki sebelumnya. Jika
pengetahuan yang dimiliki ternyata tidak memadai dalam membuat penilaian
terhadap suatu informasi maka informasi itu dikeluarkan dari jalur sentral
untuk dikembalikan ke jalur periferal.
Petty dan Cacioppo percaya bahwa
motivasi dan kemampuan yang dimiliki seseorang berperan besar dalam
meningkatkan kemungkina suatu pesan atau informasi ditelaah secara cermat di
dalam pikirannya. Dalam teori sebelumnya, tidak mudah bagi orang untuk
mengelolah dan mencermati informasi yang diterimanya secara jujur dan obyektif.
Hal ini disebabkan seseorang tersebut
memiliki struktur pengetahuannya sendiri mengenai suatu isu atau topik yang
menyebabkan mereka cenderung objektif atau bias dalam memberikan penilaian
terhadap pandangan orang lain mengenai isu yang sama.
Petty dan Cacioppo menyebut pemikiran
yang mengalami bias ini sebagai “ top down thinking in which a predetermined
conclusion colors the supporting data underneath ” yang berarti “ pemikiran
yang berasal dari atas menuju ke bawah yang mana kesimpulan dibuat terlebih
dulu yang mewarnai data-data pendukung yang ada di bawahnya.” Adapun pemikiran
objektif adalah sebagai “ bottom-up thinking, which lets facts speak for
themselves,” yang berarti “ pemikiran
dari bawah ke atas yang mana hanya fakta sajalah yang berbicara mewakili
dirinya.”
Pemikiran bias biasanya hanya memperkuat
gagasan yang sudah ada atau tertanam sebelumnya. Dengan demikian pemikiran
kritis tidak selamanya memberikan pencerahan kepada seseorang, tergantung pada
apakah ia berpikir dan melakukan elaborasi secara objektif atau ia berpikir
bias. Kualitas argument yang kita kemukakan juga berperan penting dalam
mengubah pandanga orang lain. Hal ini disebabkan karena argumentasi itu diolah
secara kritis. Otak akan mengidentifikasikan mana argument yang bagus atau kuat
dengan mana argument yang jelek atau kemah dimana seseoranng akan terpengaruh
dengan argument yang bagus.
E.
Kekuatan
Argumen
Menurut
Petty dan Cacioppo, apakah orang akan berpikir secara objektif ataukan tidak
akan sangat dipengaruhi pada pandangannya terhadap kekuatan argument yang
diterimanya. Kedua ahli teresebut tidak secara tegas menyebutkan apa kriteria arhumen
kuat atau argument lemah. Mereka hanya mendefinisikan argument kuat sebgai “ one that generates favorable thoughts when
it’s heard and scrutinized” yang berarti “ argument yang menghasilkan pemikiran
yang menyenangkan ketika didengar dan ditelaah.”. Hal ini biasanya akan menghasilkan perubahan
pandangan pada diri orang yang bersangkutan.
Argument
yang disertai dengan fakta-fakta yang kuat dan relevan merupakan bentuk argument yang kuat dan meyakinkan. Walaupun
argument tersebut dinilai tidak menyenangkan dan bertentangan dengan pandangan
yang sudah dimiliki sebelumnya namun argument kuat dapat menghaslkan perubahan
pandangan.
BAB IV PROSES BERPIKIR DAN MERANCANG STRATEGI PESAN
Psikologi
komunikasi memberikan perhatian pada bagaimana individu sebagai komunikator
mengelola berbagai informasi dalam pikirannya yang akan menghasilkan pesan
untuk disampaikan kepada orang lain. Psikologi komunikasi berupaya mengamati
pada berbagai pilihan dan strategi individu untuk mencapai barbagai tujuan pesan
yang tertanam secara
internal di dalam dirinya.
Teori
kumpulan tindakan yang dikembangkan oleh
John Greene membahas bagaimana kita mengelola pengetahuan di dalam pikiran dan
menggunakannya untuk membuat pesan. Menurut teori ini, manusia membentuk pesannya
dengan menggunakan apa yang disebut dengan pengetahuan isi dan pengetahuan
procedural.
A.
Pengetahuan
Prosedural
Pengetahuan
procedural terdiri atas elemen ingatan yang berhubungan dengan perilaku,
konsekuensi dan situasi. Misalnya, anda mungkinakan tersenyum ketika anda
menyapa seorang teman dan mengatakan tentang kabarnya yang kemudian teman anda
pun kembali menyapa anda. Kejadian ini akan anda ingat sebagai seperangkat
elemen ingatan yang saling berhubungan dimana
terdapat hubungan antara situasi menyapa, senyuman, penggunaan kata-kata dan
penerimaan sapaan balasan.
Kelompok
elemen ingatan yang paling sering digunakan akan menjadi semakin kuat dan
membentuk ikatan sedeikian rupa sehinga elemen ingatan tertentu cenderung
mengelompok menjadi apa yang disebut dengan modul yang oleh Greene dinamakan
catatan procedural. Catatan procedural tidaklah tegas dalam arti tidak memiliki
batas yang jelas.
Catatan
procedural adalah seperangkat hubungan antara elemen ingatan dalam suatu
jaringan tindakan, hubungan antara elemen ingatan ini merupakan hubungan
otomatis jika anda melakukan suatu perbuatan secara berulang-ulang. Ketika anda
melakukan suatu tindakan maka anda harus mengumpulkan prosedur yang sesuai.
Dari seluruh tindakan yang ada daam ingatan maka anda harus memilih prosedur
yang paling sesuai denga situasi yang tengah dihadapi agar memperoleh hasil
atau konsekuensi yang diinginkan dengan cara memilih suatu urutan tindakan.
Prosedur
yang terkumpul menjadi saling terikat dengan sangat kuat karena sangat sering
digunakan sehingga orang menjadi bergantung kepada prosedur yang bersangkutan
sebagai suatu tindakan yang sudah terperogram yang disebut dengan kumpulan
bersatu.
Menurut
Greene, setiap elemen ingatan yang diaktifkan tersebut pada awalnya menjadi
bagian dari berbagai catatan procedural, namun pikiran anda mengambil keluar
berbagai elemen yang diaktifkan itu untuk kemudian digabungkan menjadi koalisi.
Adapun representasi keluaran yaitu segala ingatan yang anda butuhkan agar anda
dapat bertindak dengan tepat dan terartur, mulai dari yang paling sulit hingga
mudah.
Proses
kumpulan tindakan tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan motivasi tetapi juga
kemampuan untuk menemukan dan mengatur tindakan yang diperlukan secra cepat dan
efisien. Jika anda melakukan kesalahan atau mengalami kesulitan dalam melakukan
sesuatu, walaupun anda telah memiliki pengetahuan dan motivasi yang benar,
berarti anda tidak mampu menyatukan berbagai pengalaman atau tindakan terbalik
yang pernah anda lakukan.
Kumpulan
tindakan membutuhkan waktu dan upaya untuk melaksanakannya. Berpikir adalah
kerja. Semakin kompleks tugas kumpulan tindakan semakin banyak waktu dan tenaga
yang diperlukan. Walaupun komunikator tampaknya memberikan tanggapan secara
cepat terhadap situasi yang dihadapinya tanpa menunjukkan upaya, namun
penelitian menunjukkan bahwa setiap tanggapan membutuhkan waktu walaupun hanya
sepersekian detik.
B.
Tujuan Komunikasi
Teori
Mikrokognitif membahas operasional kognitif secara khusus sebaliknya, dua teori
yang akan dibahas berikut ini adalah dua teori Makrokognitif , karena bagaimana
kita menyusun pesan pada level tindakan yang sulit. Barbara O’Keefe mengajukan
dua pendekatan mengenai teori produksi
pesan yang disebutnya sebagai model ‘pilihan strategi’ ( strategy Choice )dan
‘Desain Pesan’ ( message Design ) Model
pilihan strategi melihat bagaimana komunikator memilih di antara berbagai
strategi pesan untuk mencapai suatu tujuan
, sedangkan model desain pesan memberikan perhatiannya pada bagaimana
komunikator mrmbangun pesan untuk mencapai pesan .
1.
Mendapatkan
kepatuhan
Upaya
agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan merupakan tujuan komunikasi
yang paling umum dan paling sering digunakan. Mendapatkan kepatuhan (
gaining compliance ) adalah upaya yang kita lakukan agar orang lain melakukan
apa yang kita ingin mereka lakukan atau
agar mereka menghentikan pekerjaan yang tidak kita sukai .
Strategi mendapatkan kepatuhan
Oleh Marwell dan Schmitt
|
1. Janji. Menjanjikan hadiah bagi kepatuhan.
2. Ancaman. menunjukan bahwa hukuman akan dikenakan bagi yang tidak patuh.
3. Menunjukan atas hasil positif. menunjukan bagaimana hal-hal baik akan
terjadi bagi mereka yang patuh.
4. Menujukan keahlian atas hasil negatif. Menunjukan bagaimana hal-hal buruk
akan terjadi pada mereka yang tidak patuh.
5. Menyukai. Menunjukan keramahan.
6. Memberi duluan. Memberikan penghargaan sebelummeminta kepatuhan.
7. Mengenakan Stimulasi aversif. Menggunakan hukuman hingga memperoleh
kepatuhan.
8. Meminta ‘utang’ mengatakan kepada seseorang mengenai bantuan atau
pertolongan yang pernah diterimanya pada masa lalu.
9. Membuat daya tarik Moral. Menggambarkan kepatuhan sebagai hal yang baik
dilalkukan secara moral.
10. Menyatakan perasaan positif. Mengatakan kepada orang lain betapa
senanganya dia jika terdapat kepatuhan.
11. Menyatakan perasaan Negatif. Mengatakan kepada orang lain betapa tidak
senangnya dia jika tidak ada kepatuhan.
12. Perubahan peran secara positif. Menghubungkan kepatuhan dengan orang-orang
yang memiliki kualitas baik.
13. Perubahan secara Negatif. Menghubungkan ketidakpatuhan dengan orang-orang
yang memiliki kualitas buruk.
14. Patuh karena peduli. Mencari kepatuhan orang lain semata-mata sebagai
bentuk bantuan atau pertolongan orang itu.
15. Menunjukan penghormatan positif. Mengatakan kepada seseorang bahwa ia
akan disukai orang lain jika ia patuh.
16. Menunjukan penghormatan negatif. Mengatakan kepada seseorang bahwa ia
akan kurang disukai orang lain jika tidak patuh.
|
Marwell dan Schmitt menggunakan
teori pertukaran. menurut mereka Kepatuhan adalah suatu pertukaran dengan
sesuatu hal lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan . Jika Anda mengerjakan
apa yang saya inginkan maka saya memberikan Anda sesuatu sebagai imbalannya
seperti penghormatan, persetujuan, uang, pembebasan, kewajiban, perasaan yang
menyenangkan dan sebagainnya. Dengan kata lain anda akan memperoleh kepatuhan
mereka jika Anda memiliki sumber daya
yang cukup untuk memberikan atau tidak memberikan sesuatu yang mereka inginkan.
Dalam upaya untuk dapat menyusun sejumlah prinsip kepatuhan yang
lebih diringkas Marwell dan Schmitt kemudian meminta sejumlah orang untuk
menerapkan ke -16 daftar tersebut ke dalam
berbagai situasi yang memungkinkan orang untuk patuh agar mendapatkan
imbalan tertentu . Hasilnya adalah lima strategi umum, atau lima kelompok
taktik, yang mencakup:
Ô Pemberian
penghargaan ( termasuk didalammnya memberikan janji ),
Ô Hukuman
( termasuk mengancam ),
Ô Keahlian
( menunjukan kemampuan terhadap penghargaan ),
Ô Komitmen
impersonal ( Misalnya daya tarik moral ),
Ô Komitmen
personal ( misalnya utang)
Lawrence Wheels dan dan
rekan melakukan analisis komperehensif dngen melakukan kajian dan mengintregrasikan berbagai skema mendapatkan
kepatuhan. Menurutnya, cara terbaik untuk mengklasifikasikan pesan untuk
mendapatkan kepatuhan adalah berdasarkan jenis kekuasaan yang digunakan
komunikator ketika mencoba mendapatkan kepatuhan dari orang lain. Whelees mengemukakan ketiga
tipe umum kekuasaan, diantaranya
sbb.
a. Kekuasaan
dalam hal kemampuan untuk memanipulasi konsekuensi dalam suatu arah tindakan
tertentu ( ability ‘to manipulate the
consequences of’ a certain course of action) Orang tua sering kali menggunakan kekuasaan
jenis ini ketika menghukum atau memberikan penghargaan terhadap anak-anak
mereka.
b. Kekuasaan
atau kemampuan untuk memnentukan posisi hubungan ( relation posisition)
seseorang
dengan orang lain . Disini orang memiliki kekuasaan yang dapat mengidentifikasi
elemen-elemen tertentu dari suatu hubungan yang dapat membawa kepatuhan.
c. Kekuasaan
atau kemampuan untuk menentukan nilai, kewajiban atau keduanya ( to define values, obligations, or both
). Disini seseorang memiliki kredibilitas untuk mengatakan kepada orang lain
berbagai norma tindakan yang diterima atau diperlukan.
2.
Menyelamatkan
Muka
Teori
Kontrutivisme telah menunjukan kepada kita bahwa orang sering kali mencoba
untuk mencapai lebih dari satu tujuan dalam satu kali tindakan dan kesopanan
(politeness ) yaitu tindakan untuk menyelamatkan atau melindungi muka orang
lain, kerap menjadi salah satu tujuan yang hendak ingin dicapai. Studi
psikologi komunikasi yang secara khusus mendalami masalah kesopanan dan
penyelamatan muka wajah ini dilakukan oleh Penelope Brown dan Stephen Levinson.
Teori ini menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita merenccanakan pesan
yang dapat menyelamatkan muka sekaligus mencapai tujuan lainnya.
Brown
dan Levison percaya bahwa kesopanan sering kali merupakan tujuan, karena
kesopanan meruapakan nilai universal secara kultural . setiapa kebudayaan
memiliki derajat yang berbeda dalam hal kebutuhan terhadap kebutuhan dan cara-cara yang berbeda untuk menjadi sopan.
Tetapi semua orang memiliki kebutuhan untuk dihargaidan dilindungi. Brown dan
levison menyebut ini sebagai face needs atau kebutuhan muka.
Beberapa konsep mengenai muka :
a) Muka
Postif ( positive face ) yaitu keinginan untuk dihargai dan disetujui, disukai
dan dihormati. Kesopanan postif dirancang untuk memenuhi hasrat seseorang untuk
mendapatkan muka positif. Menunjukan perhatian, memberikan pujian dan
menunjukan penghormatan merupakan beberapa contoh kesopanan positif.
b) Muka
negatif (Negative face) adalah keinginan untuk bebas dari permintaan bantuan
orang lain , dan kesopanan negatif dirancang untuk melindungi orang lain ketika kebutuhan wajah negatif
terancam .
Kesopanan menjadi
lebih penting ketika harus mengancam wajah orang lain , hal ini sering terjadi
dalam hubungan kita dengan orang lain . kita melakukan tindakan yang disebut
dengan ‘tindakan mengancam muka ’ atau face-threatening acts (FTA) ketika kita, karena perbuatan yang kita lakukan ternyata
gagal atau tidak berhasil memenuhi kebutuhan wajah positif dan negatif.
Dalam hal kesopanan
yang kita gunakan akan bergantung kepada sejumlah hal. Terdapat lima pendekatan
yang dapat kita gunakan ketika suatu FTA akan dilakukan. Dalam hal kita dapat:
§ Menyampaikan
FTA secara
apa adanya dan langsung adan tanpa basa basi
§ Menyampaikan
FTA disertai dengan kesopanan positif
§ Menyampaikan
FTA disertai dengan kesopanan negatif
§ Menyampaikan
FTA secara tidak langsung atau off-the-record dan
§ Tidak
Menyampaikan FTA sama sekali.
BAB V BERPIKIR RUMIT DAN SEDERHANA
A.
Konstruk
Personal
Teori
kontruktivisme dibangun berdasarkan teori ‘konstruk pribadi’atau konstruk
personal ( personal construt ) oleh George Kelly yang terlebih dulu. Teori menyatakan bahwa orang memahami
pengalamannya dengan cara mengelompokkan berbagai hal atau peristiwa menurut
kesamaannya dan membedakan berbagai hal
dan peristiwa melalui perbedaannya. Perbedaan yang terlihat tidak berifat
natural tetapi perbedaan itu ditentukan oleh berbagai perangkat yang saling
bertentangan yang ada dalam sistem kogniif seseorang. Seperti , tinggi-pendek , panas-dingin ,
hitam-putih, cepat-lambat.
Sistem kognitif
individu terdiri atas sejumlah perbedaan semacam ini dan dengan cara
mengelompokkan pengalaman ke dalam sejumlah kategori maka individu memeberikan
makna terhadap pengalaman.
Menurut teori ini,
konstruk personal diatur atau diorganisir ke dalam skema interpretatif yang
akan mengidentifikasikan yang akan mengidentifikasikan suatu objek dan
menempatkan obejek itu ke dalam suatu kategori. Dengan skema interpretatif ini,
kita juga meraasakan suatu peristiwa dengan menempatkannya ke dalam kategori
yang lebih besar. Skema interpretatif berkembang seiring dengan tingkat
kedewasaan seiring dengan dengan tingkat kedewasaan seseorang, berpindah dari
sifat awalnya yang sederhana dan umum menjadi bersifat lebih kompleks dan
spesifik.
B.
Kompleks
Kognitif
Teori
konstruktivisme mengakui bahwa konstruk personal memiliki latar belakang
sosial, dengan demikian konstruk personal dipelajari memalui interaksi dengan
orang lain. Karenanya, kebudayaan memiliki peran signifikan dalam menentukan
suatu peristiwa. Budaya dapat mempengaruhibagaimana tujuan komunikasi
ditentukan, bagaimana tujuan harus dicapai, sekaligus konstruk yang digunakan
dalam skema kognitif. Teori kontruktivisme lebih mengutamakan pengamatan
pengamatannya pada berbagai perbedaan individumelalui kompleksitas konstruk
persoalannya dan juga strategi yang digunaka dalam berkomunikasi.
Individu dengan skema
interpretatif yang berkembang baik yang melihat lebih banyak perbedaan ketika melihat
dunia sekitarnnya dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki skema
interpretatif yang baik.
Kompleksitas dari suatu sistem atau kesederhanaan sistem
merupakan fungsi dari jumlah relatif konstruk personal dan derajat perbedaan
yang dapat Anda buat. Mereka
yang memiliki kerumitan kognitif dapat melihat lebih banyak perbedaan dari pada
mereka yang memiliki sistem kognitif sederahana.
Para konstruktivis
menemukan bahwa kecenderungan seseorang untuk membantu orang lai n
menyelamatkan mukannya memiliki hubungan dengan kompleks kognitif yang
dimilikinya.
Konstruk pribadi antar
individu ( interpersonal construct ) menjadi lebih penting karena dapat memandu
bagaimana kita memahami orang lain. Setiap individu memiliki perbedaan dalam
hal tingkat kompleksitas yang akan digunakan dalam memandang orang lain. Jika
Anda termasuk orang yang sederhana secara kognitif maka Anda akan cenderung
untuk juga menyederhanakan setiap hal, sebaliknnya jika Anda memilki sistem
kognitif yang lebih kompleks maka Anda cenderung memilki pengertian yang lebih
luas terhadap cara berpikir atau prefektif terhadap orang lain dan memiliki
kemampuan lebih baik untuk membingkai pesan sehingga lebih mudah dipahami orang
lain. Kemampuan yang disebut dengan istilah pengambilan presfektif ini akan
mengarahkan seseorang untuk argumen yang lebih canggih dan menimbulkan daya
tarik pada dirinya . Orang yang memilki kemampuan menyesuaikan tingkat
komunikasinya dengan tingkat komunikasi lawan bicaranya ini disebut dengan
istilah persin-centered communication ( komunikasi terpusat pada orang )
C.
Komunikasi Canggih
Menurut
Delia, orang yang memiliki persepsi kognitif atau struktur mental yang rumit
atau kompleks memiliki keunggulan dalam berkomunikasi dngan orang lain
dibandingkan dengan mereka yang memiliki struktur mental yang sederhana atau
kurang berkembang. Mereka yang memiliki kemampuan kognitif yang komplks, atau
dengan kata lain memiliki kopleksitas kognitif lebih tinggi, menunjukkan
kemampuan untuk menyampaikan pesan secara lebih unggul dan canggih yang mampu
mmberikan peluang besar bagi tercapainya tujuan komunikasi. Terdapat dual ciri
dari komunikasi canggih yaitu :
1.
Pesan
Terpusat pada Diri
Pesan yang terpusat pada diri seseorang
atau person-centered message (PMC) didefinisikan sebagai “message which reflect
an awareness of and adaptations to subjective, affective and relational aspects
of the communication context” (pesan yang menggambarkn suatu kesadaran dan
penyesuaian terhadap berbagai aspek subjektif, emosi dan aspek hubungan konteks
komunikasi).
Komunikasi yang berbasiskan PMC,
pembicara mampu mengantisipasi bagaimana berbagai individu memberikan tanggapan
terhadap suatu pesan yang mampu melakukan penyesuaian terhadap cara ia
berkomunikasi.
2.
Pesan
Banyak Tujuan
Pesan canggih yang sebenarnya tidak saja
menunjukkan upaya pembicara atau penulis untuk melakukan penyesuaian atau
adaptasi terhadap lawan bicara tetapi juga adanya sejumlah tujuan yang ingin
dicapai pada saat bersamaan.
D.
Merancang
Pesan
Menurut
O’Keefee, setiap orang memiliki salah satu dari tiga cara berkomunikai yang
disebut dengan ‘logika rancangan pesan’ (message design logic) yang menjelaskan
bagaimana individu merancang atau mendesain pesan yang akan disampaikan kepada
orang lain. Ketiga cara mendesain pesan yaitu :
1.
Logika
Ekspresif
Mereka yang masuk dalam
kategori logika ekspresif (expressive design logic) adalah orang-orang yang
memiliki pandangan bahwa “bahasa adalah medium untuk menyatakan pikiran dan
perasaan”. Mereka melulu mengatakan bahwa berkomunikasi dengan mengemukakan pikiran
dan persaan maka orang lain akan mengetahui apa yang mereka pikirkan dan
rasakan. Tujuan mereka melakukan komunikasi adalah keterbukaan dan kejujuran.
Mereka tidak mudah percaya pada kata-kata yang disampaikan orang-orang dari
kalangan profesi tertentu seperti pengacara, politisi, salesman, penceramah
yang --karena tuntutan pekerjaan—sering kai ‘bermain-main’ dengan kata-katanya.
Mereka yang menggunakan logika ekspresif dalam berkomunikasi percaya bahwa
kata-kata memiliki maknanya sendiri sehingga tidak dibutuhkan interpretasi
untuk itu.
2.
Logika
Konvensional
Mereka yang masuk
kategori logika konvensional (conventional design logic) adalah orang yang
memiliki pandangan bahwa “communication is a game played cooperatively,
according to socially conventional rules dan procedures”. (komunikasi adalah
suatu permainan yang dilakukan dengan bekerja sama, menurut prosedur dan aturan
social konvensional). Orang yang melakukan komunkasi secara konvensional
memandang komunikasi yang efektif sebagai kepatutan. Orang terlebih dulu
mempelajari aturan main dalam berkomunikasi, dan melakukan komunkasi secara
sepatutnya melalui kerja sama. Kerja sama mencakup pemahaman bersama mengenai
batasan-batasan, cara menyampaikan pujian, permintaan maaf ataupun ucapan
(narasi).
3.
Logika
Retorik
Dalam berkomunikasi,
mereka yang masuk dalam ketegori ini memiliki pandangan bahwa “communication is
a reaction and negotiation of social selves and situations”. (komunikasi adalah
proses pembentukan dan negosiasi situasi social dan diri social). Pandangan ini
sesuai dengan gagasan bahwa sejumlah individu yang terlibat dalam percakapan
seara bersama-sama akan menciptakan realitas social bagi mereka. Menurut
gagasan ini, tidak ada yang tetap di dunia ini, karena segala sesuatunya selalu
berubah.
E.
Cara Berkomunikasi
Hasil
penelitian menunjukkan tiga cara berkomunikasi berdasarkan tingkat
kecanggihannya
sebagai berikut :
1. Cara
berkomunikasi yan palin kasar adalah mengabaikan pikiran dan perasaan orang
yang sedih itu, misalnya dengan mengatakan “Kamu tidak perlu sedih karena putus
hubungan dengan pacar. Masih banyak kok cowok lain yang mau dengan kamu”
2. Cara
komunikasi tingkat menengah memberikan perhatian kepada kesedihan orang lain.
Misalnya : “Aku merasa prihatin karena kalian berdua harus berpisah. Hal
seperti ini terkadang tidak bisa kita hindari. Perpisahan tampaknya menjadi
bagian dari suatu hubungan”.
3. Komunikasi
canggih menghasilkan pesan yang membenarkan atau membela perasaan orang lain
dan sering kali menambahkan perspektif tmbahan terhadap situasi yang dihadapi.
Misalnya, “Saya tahu ini menyakitkan, saya tahu kmu terluka dan marah saat ini,
dan itu sah-sah saja karena hubungan kalian sudah cukup dalam. Kalian pacaran
sudah lama dan kamu pasti mengharapkan semuanya berjalan baik-baik saja.
Salah
satu dari ciri komunikasi canggih adalah penyampaian pesan yang bersifat
menenangkan. Pesan yang disampaikan untuk menenangkan perasaan yang tertekan
yang dialami orang lain. Pesan canggih biasanya diterima orang lain sebagai hal
yang menyenangkan, menenangkan dan membuat nyaman dibandingkan dengan
pernyataan keprihatinaan biasa dalam hubungan social yang terasa seperti
basa-basi.
BAB VI
RENCANA TINDAKAN DAN LOGIKA PESAN
Charles
Berger (1997) adalah
pencetus theory of planning atau teori rencana sebagai salah satu teori yang
cukup terkenal dalam psikologi komunikasi. Teori rencana menjelaskan proses
yang dilalui seseorang dalam merencanakan perilaku komunikasi mereka.
Berger
menyatakan bahwa rencana adalah “hierarchical cognitive representations og
foal-directed action sequences” (representasi kognitif secara hierarki dari urutan
tindakan yang diarahkan pada tujuan). Dengan
kata lain, rencana adalah gambaran mental dari sejumlah langkah yang
akan ditempuh seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Langkah-langkah yang akan
dilalui itu bersifat hierarki atau berjenjang.
A.
Merencanakan
Tindakan
Tidaklah
mudah melakukan studi mengenai perilaku mencapai tujuan (goal behavior) karena
tujuan cenderung kompleks. Banyak tujuan kita yang sebenarnya adalah bagian
dari proses perencanaan itu sendiri. Tujuan menjadi proses perencanaan disebut
dengan metatujuan (metagoal), yang berfungsi memandu berbagai rencanayang kita
buat.
Terkadang
anda menghadapi situasi yang menuntut anda untuk melakukan perubahan strategi
tingkat tinggi.
Rencana
dan keberhasilan mencapai tujuan sangat berpengaruh pada emosi kita. Jika
rencana gagal maka orang cendering bereaksi secara negatif. Sebaliknya, jika
rencana berjalan baik orang merasa senang. Seberapa besar perasaan negatif yang
kita alami ketika gagal mencapai tujuan tergantung pada seberapa penting tujuan
itu dan dan juga seberapa keras kita bekerja untuk mencapai tujuan dan seberapa
dekat kita ke tujuan.
Berger
mengatakan bahwa keputusan dan kepantasan sosial adalah metatujuan yang
penting. Kita biasanya bertindak dengan cara yang memenuhi kepantasan sosial,
namun demikian, terdapat pengecualian. Karena adanya emosi negatif yang sering
kita rasakan ketika tujuan kita gagal, terlebih ketika kegagalan itu kita
pandang penting dan terjadi berualng-ulang, maka kita sering bertindak diluar
kepantasan sosial. Hal lain juga dapat terjadi pada situasi ini, yaitu kita
terus berupaya mencapai tujuan namun karena merasa sudah putus asa maka kita
cenderung menggunakan rencana-rencana yang semakin sederhana.
Perasaan
nyaman yang kita rasakan pada saat melaksanakan rencana dinamakan ‘Fluiditas
tindakan’ (action fluidity), dan orang terkadang memiliki fluiditas yang tinggi
dan terkadang rendah. Semakin kompleks suatu rencana dan semakin besar emosi
yang terlibat maka semakin rendah fluiditas tindakan kita.
B.
Logika
Pesan
Barbara O’Keefe pada
awalnya adalah seorang pendukung teori konstruktivisme namun kemudian ia
memperluas teorinya dengan memasukkan juga pandangan-pandangan yang terkait
dengan bagaimana orang mendesain pesan. Tesis yang diajukan menyatakan bahwa
manusia berpikir secara berbeda mengenai bagaimana berkomunikasi dan membuat
pesan, dan manusia menggunakan logika yang berbeda dalam memutuskan apa yang
harus dikatakan kepada orang lain pada situasi tertentu. Dia menggunakan
istilah ‘logika dalam merancang pesan’ (message design and logic) untuk
menjelaskan bagaimana proses berpikir terjadi sehingga muncul pesan.
O’Keefe mengemukakan
tiga logika dalam merancang pesan dimulai dari yang paling tidak terpusat pada
orang (least person-centered) hingga yang sangat terpusat (most
person-centered. Sebagai berikut:
1. Logika
ekspresif (expressive logic) yaitu logika yang memandang komunikasi sebagai
suatu acara untuk mengekspresikan diri dan untuk menyatakan perasaan dan
pikiran. Pesan yang terdapat pada logika ekspresif ini bersifat terbuka dan
reaktif, dengan hanya memberikan sedikit perhatian pada kebutuhan orang lain.
dalam hal ini, logika ekspresif bersifat self-centered atau terpusat pada lawan
bicara sebagaimana yang dikenal dalam teori konstruktivisme. Contoh, anda marah
kepada seorang teman yang tidak mengembalikan buku yang dipinjamnya dari anda.
2. Logika
konvensional, yaitu logika yang melihat komunikasi sebagai suatu permainan yang
dimainkan dengan mengikuti sejumlah aturan. Disini komunikasi merupakan alat
untuk mengekspresikan diri yang dilakukan menurut aturan dan norma yang
diterima termasuk hak dan tanggung jawab masing-masing orang yang terlibat.
Logika jenis ini bertujuan untuk merancang pesan yang sopan, pantas, dan
berdasarkan aturan yang sepatutnya diketahui semua orang. Contoh, teman anda
hendak meminjam buku anda, namun sebelumnya anda memperingatkan dia untuk
mengembalikannya dalam waktu tifa hari dan dia setuju.
3. Logika
retorika (rhetorical logic) yaitu logika yang memandang komunikasi sebagai
suatu cara untuk mengubah aturan melalui negosiasi. Pesan yang di rancang
dengan menggunakan logika ini cenderung lentur atau fleksibel, memiliki
pemahaman dan terpusat pada lawan bicara. Pembicara yang menggunakan logika ini
cenderung untuk membungkai ulang situasi yang dihadapi agar berbagai tujuan,
termasuk persuasi dan kesopanan, dapat diintregasikan dalam satu kesatuan yang
bulat. Contoh, anda menyarankan teman anda secara sopan untuk meminjam buku
yang sama di perpustakaan agar ia bisa mengembalikan buku anda yang
dipinjammnya.
C.
Interpretasi
Pesan
Charles Osgood, seorang ahli psikologi
sosial yang terkenal pada tahun 1960-an, berhasil membangun teori-teori
mengenai arti atau makna (theory of meaning) yang paling berpengaruh. Pada masa
itu, ilmu psikologi masih didominasi oleh paham perilaku (behaviorism),
sedangkan pendekatan kognitif belum populer namun teorinya mampu berpijak pada
kedua tradisi tersebut. Teori yang dikemukakan Osgood menjelaskan bagaimana
makna dipelajari dan bagaimana hubungan antara mana dengan pemikiran tindakan.
Dewasa ini, teori Osgood dianggap sebgai teori klasik naun tetap bermanfaat
sebagau titik awal yang bagus untuk memulau pemikiran mengenai bagaimana orang
menginterpretasikan pesan.
Osgood
pertama mengemukakan teori pembelajaran (learningtheory). Teori ini dimulai
dengan asumsi
bahwa individu memberikan respon terhadapa rangsangan (stimuli) yang berasala
dari lingkungannya yang membentuk hubungan stimulus-respon (S-R). Ia percaya hubungan
S-R berperan dalam pembentukan makna secara internal yang merupakan respon
mental terhadap stimulus. Ketika anda mendengar suatu pembicaraan maka suatu
hubunngan internal akan muncul di pikiran, dan hubungan ini membentuk makna
anda atas konsep yang sedang anda bicarakan.
Selain
itu, anda juga menerima stimulus fisik dan anda memberikan respon dalam bentuk
perilaku. Respon yang anda berikan diperantarai oleh representasi internal
didalam pikiran anda, dan makna yang anda berikan terletak pada stimulus yang
diterima dan tanggapan yang anda berikan. Stimulus yang siterima dari luar akan
menuju kepada makna internnal yang kemudian menghasilkan respon.
Makna
internal sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu respon internal dan
stimulus internal. Keseluruhannya terdiri atas tahapan sebagai berikut. (1)
stimulus fisik; (2) respons internal; (3) stimulus internal; (4) respon luar.
Selain
dari objek fisik, kita juga memiliki makna bagi tanda dari objek itu seperti
kata-kata dan gerak tubuh. Dengan kata lain, bila suatu tanda dipadankan dengan
maknanya maka tanda itu akan menghasilkan respon yang sama. Inilah sebabnya
mengapa dengan hanya menyebutkan kata ‘pesawat terbang’ sudah bisa membuat
takut sebagian orang.
Makna,
karena bersifat internal dan unik berdasarkan pada pengalaman seseirang dengan
lingkungan alamnya, disebut bersifat konotatif. Jika anda takut dengan ular
maka kata ular akan menghasilkan tangggapan untuk lari dari karena takut, dan
sebagian dari rasa takut itu bahkan diasosiakan dengan kata ular itu sendiri.
Makna internal ini menjadi perantara
antara tanggapan yang anda berikan dengan kata tersebut, walaupun objek ular yang sesungguhnya tidak ada.
Salah
satu sumbangan penting yang diberikan Osgood adalah karyanya mengenai
pengukuran makna. Metode pengukuran makna, disebut juga dengan perbedaa
semantik (semantik differential), beranggapan bahwa makna yang dimiliki
seseorang dapat diungkapkan dengan penggunaan kata sifat. Metodenya dimulai
dengan menemukan seperangkat kata sifat yang dapat digunakan untuk menyatakan
konotasi bagi setiap stimulus termasuk tanda. Kata sifat itu dipasangkan secara
berlawanan seperti baik-buruk, tinggi-rendah, lambat-cepat. Orang yang akan
ditanya (subjek) diberikan suatu kata atau tanda lainnya dan ia diminta untuk
menunjukkan pada skala 1-7 bagaimana ia
mengasosialiasikam tanda dengan pasangan karena sifat tersebut.
Subjek
diminta untuk memberikan tanda silang (x) pada ruang yang ada diantara dua kata
sifat itu untuk menunjukkan derajat baik dan buruk suatu stimulus. Ia dapat
mengisi sebanyak-banyaknya 50 skala untuk setiap stimulus, masing-masing dengan
pasangan kata sifat yang berbeda-beda (cepat-lambat, aktif-tidak aktif dst).
Subjek kemudian diberikan satu kata seperti pesawat terbang, serangga dan
sebagainya dan ia diminta untuk mengisi berbagai skala tersebut.
Osgood
kemudian menggunakan teknik statistik yang dinamakan ‘analisis faktor’ (factor
anlysis) untuk menemukan dimensi dasar (basic dimension) seseorang terhadap
makna. Temuannya dalam riset ini menghasilkan teori ‘ruang semantik’ (semantic
space). Makna yang anda berikan terhadap setiap tanda akan berada pada ruang
metaforik yang memiliki tiga dimensi utama yaitu sebagai berikut: evaluasi,
aktivitas dan potensi. Setiap tanda yang diberikan kepada seorang subjek,
mungkin suatu kata atau konsep, akan menimbulkan reaksi didalam diri orang itu
yang terdiri atas tiga rasa yaitu evaluasi, (baik atau buru), aktivitas (aktif
atau tidak aktif), dan potensi (kuat atau lemah).
BAB VII PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setiap
individu pasti melakukan komunikasi intrapersonal. Yaitu proses komunikasi yang
dilakukan oleh diri sendiri sehingga menimbulkan sikap. Hal tersebut
dipengaruhi oleh keterlibatan ego, jangkar sikap, dan efek kontras. Bagaimana
suatu sikap bisa muncul dari diri seseorang adalah bergantung pada proses
komunikasi intrapersonalnya.
Ego
adalah kepribadian yang berpikir mengetahui dan memecahkan masalah. Peran
pokoknya mencari untuk menyenangkan id, tapi dibatasi oleh akal dan moralitas,
Jangkar sikap adalah sebuah riset yang berkaitan dengan sejumlah
orang diuji kemampuannya dalam menilai suatu hal misalnya berat suatu benda
atau tingkat intensitas cahaya. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses
serupa dapat dilakukan juga terhadap rangsangan (stimuli) non fisik. Efek kontras adalah
suatu distorsi persepsi yang mengarah pada terjadinya polarisasi ide.
B.
Saran
Setiap mahasiswa khususnya
mahasiswa ilmu komunikasi harus memahami tentang proses komunikasi intra
personal, agar sikap yang dilakukan bisa diterima oleh lingkungannya. Karena,
semua komunikasi antar pribadi diawali oleh komunikasi intra personal
.
DAFTAR
PUSTAKA
Morissan. 2010. Psikologi
Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia.
thanks blog nya sangat bermanfaat
ReplyDeleteMy blog
Poker Room in Maryland - JTAHub
ReplyDeleteCasino and Sportsbook — 부천 출장샵 In an exclusive poker 의왕 출장샵 room near 광주광역 출장마사지 you, the 남원 출장안마 poker room 용인 출장안마 at Mohegan Sun, will have a 100% match up to $2,500. In addition to a full