Makalah Bedah Buku Psikologi Komunikasi

BAGIAN I
KOMUNIKASI INTRAPERSONAL



BAB I  PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.

         Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

B.     Maksud dan Tujuan   

       Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas di mata kuliah Psikologi Komunikasi dan juga untuk menjelaskan rangkuman dari buku ‘Psikologi komonikasi mengenai Komnikasi Intrapersonal, bagian satu dari karangan Morissan MA.” Kami mengharapkan dengan adanya makalah ini para pembaca dapat memahami hal-hal yang kami bahas di makalah ini.


C.    Rumusan Masalah

        Untuk memperjelas apa yang dibahas, maka kami merumuskan beberapa permasalahan diantaranya sebagai berikut :

·         Bagaimanakah penilaian dan perubahan sikap itu dapat terjadi?
·         Mengapa manusia disebut sebagai makhluk berpikir?
·         Bagaimakah proses berpikir dan merancang strategi pesan dapat terjadi?
·         Apakah yang dimaksud dengan rencana tindakan dan logika pesan?




BAB II   PENILAIAN DAN PERUBAHAN SIKAP

A.    Bagaimana Individu Memberi Penilaian?


 Dalam melakukan penelitian mengenai penilaian sosial ini, sejumlah responden diminta pendapatnya terhadap sejumlah pernyataan mengenai berbagai  topik (isu). Misalnya, ketika media massa ramai memberitakan mengenai isu banyaknya kecelakaan pesawat udara dan berbagai peristiwa pemboman yang dilakukan teroris di Indonesia. Orang juga ramai membicarakan peristiwa pembajakan pesawat terbang sipil oleh teroris di Amerika dan kemudian menabrakkan pesawat itu ke gedung pencakar langit di kota New York pada tanggal 11 september 2001.
Bagaimanakah cara kita mengubah sikap mereka yang cemas tersebut agar mau kembali menggunakan pesawat udara? Dalam hal ini teori penilaian sosial memberikan rekomendasi bahwa kita harus menentukan terlebih dulu posisi dan luas dari ketiga wilayah sikap tersebut.

1.   Keterlibatan Ego
 Tingkat penerimaan atau penolakan seseorang terhadap pesan dipengaruhi oleh satu variable penting yang disebut dengan ‘keterlibatan ego’ (ego involvement) yang diartikan sebagai sense of personal revelance of an issue (adanya hubungan personal dengan isu bersangkutan). Dengan kata lain, keterlibatan ego mengacu pada seberapa penting suatu isu dalam kehidupan seseorang. Misalnya, anda sudah cukup sering membaca di media massa mengenai maraknya  pembalakan  pembalakan hutan secara liar (illegal logging) di  Indonesia. Jika anda tidak pernah merasakan akibat langsung pembalakan liar ini, misalnya rumah anda tidak pernah kebanjiran atau tidak ada tanah longsor di lingkungan anda. Atau peristiwa lain dengan mana kegiatan pembalakan liar patut dipersalahkan sebagai penyebabnya, maka anda menganggap isu pembalakan liar sebagai hal yang tidak penting karena keterlibatan ego  anda rendah. Sebaliknya, jika anda atau lingkungan anda pernah mengalami bencana alam yang menyebabkan anda kehilangan harta benda atau anda tinggal  di kawasan rawan longsor yang rentan terhadap pembalakan liar maka sangat mungkin anda akan menjadikan isu itu sebagai sesuatu yang sangat penting.

   Orang dengan keterlibatan ego rendah cenderung memandang sama setiap orang dalam suatu kelompok. Mereka juga mengalami kesulitan untuk mengetahui adanya perbedaan dan keunikan yang ada pada diri setiap individu. Harap diperhaikan bahwa efek dari keterlibatan ego tinggi pada persepsi dapat disamakan dengan orang yang memiliki kompleksitas kognitif rendah. Terhadap

Orang yang memiliki kepedulian yang mendalam terhadap suatu isu dan karenanya memiliki keterlibatan ego tinggi, biasanya memiliki pandangan yang ekstrim terhadap isu yang menjadi perhatiannnya, oleh sebab itu sikap yang  mereka tunjukan cenderung berada pada kedua ujung skala dari skema kognitif. Namun hal ini tidak bersifat mutlak karena mereka yang memiliki kepedulian yang mendalam terhadap suatu isu dapat saja di tengah-tengah skala peta kognitif. Pandangan radikal sering muncul pada diri orang yang terlalu bernafsu dan memiliki emosi tinggi terhadap suatu isu, mereka juga menunjukkan sedikit toleransi terhadap perbedaan.


2.   Jangkar Sikap

Sherif menyatakan orang menggunakan acuan atau jangkar sikap  sebagai pembanding ketika menerima sejumlah pesan yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan. Pandangan Sherif dipengaruhi oleh riset yang telah ditentukan sebelum bidang medis yaitu ‘riset penilaian fisik’ (physical judgement research). Dalam riset ini sejumlah orang diuji kemampuannya dalam menilai suatu hal misalnya berat suatu benda atau tingkat intensitas cahaya. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses serupa dapat dilakukan juga terhadap rangsangan (stimuli) non fisik.


3.   Efek Kontras

Efek kontras adalah suatu distorsi persepsi yang mengarah pada terjadinya polarisasi ide. Namun menurut Sherif, kontras hanya terjadi jika pesan masuk ke dalam kategori wilayah penolakan. Jika pesan masuk ke dalam wilayah penerimaan disebut dengan asimilasi. Asimilasi adalah kesalahan penilaian yang bertolak belakang dengan kontras. Asimilasi berfungsi mendorong suatu ide kea rah atau mendekati jangkar sikap penerima pesan (pendengar) sehingga ia dan pengirim pesan memiliki pandangan yang sama.
Efek pertentangan terjadi bila individu menilai suatu pesan menjadi lebih jauh atau bertentangan dengan pandangannya sendiri dari pada yang seharusnya. Kontras berfungsi mendorong suatu ide menjauhi jangkar sikap penerima pesan (pendengar) sehingga penerima dan pengirim pesan memiliki pandangan yang berbeda.
Teori penilaian social menunjukkan kepada kita gagasan mmengenai hubungan yang erat antara keterlibatan ego dan persepsi. Mereka memiliki keterlibatan atau komitmen tinggii terhadap suatu isu menunjukkan wilayah penolakan yang lebar. Setiap pesan yang masuk ke dalam wilayah penolakan akan diterima atau dirasakan sebagai memiliki intensitas perbedaan yang tinggi dari sebenarnya.


B.     Bagaimana Sikap Berubah


Menentukan seberapa jauh atau dekat posisi pesan dari jangkar sikap yang dimiliki seseorang menjadi tahap awal bagi terjadinya perubahan sikap. Mengubah jangkar sikap sebagai hasil tanggapan terhadap pesan menjadi tahap kedua. Menurut Sherif kedua proses tersebut biasanya terjadi diluar level kesadaran seseorang. Menurut teori penilaian social, sekali kita telah memberikan penilaian terhadap suatu pesan yang  baru masuk ke dalam wilayah penerimaan maka kita akan menyesuaikan sikap kita dengan pesan itu. Efek persuasive yang dihasilkannya akan bersifat positif namun tidak akan bersifat secara keseluruhan.
Menurut Sherif, pembagian pernyataan kedalam kelompok-kelompok pernyataan yang bisa diterima, ditolak, netral sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam hal ini terdapat empat hal yang perlu diperhatikan, seperti berikut ini.

·         Pertama, pesan yang berada dalam wilayah penerimaan (latitude of acceptance) akan dapat mendorong perubahan sikap.
·         Kedua, jika anda menilai suatu argument atau pesan masuk dalam wilayah penolakan (latitude of rejection) maka perubahan sikap akan berkurang atau bahkan tidak ada.
·         Ketiga, jika berbagai argument yang anda terima berada antara wilayah penerimaan dan wilayah dimana anda berpandangan netral (noncommitment) maka kemungkinan perubahan sikap anda akan dapat terjadi walaupun berbagai argument itu berbeda dengan argument sendiri.
·         Keempat, semakin besar keterlibatan  ego anda dalam suatu isu, semakin luas wilayah penolakan, semakin kecil wilayah netral maka akan semakin kecil perubahan sikap.


C.    Strategi Persuasi
Menurut teori penilaian social terdapat tiga factor yang berperan sangat menentukan apakah suatu ide atau pernyataan akan masuk kedalam wilayah penerimaan atau penolakan yaitu sebagai berikut.


1.   Kredibilitas Narasumber

Suatu eksperimen pernah dilakukan untuk mengatahui penilaian mahasiswa terhadap pendapat yang dikaitkan dengan kreadibilitas narasumber mengenai isu yang sangat penting bagi mereka sebagai makhluk hidup yaitu tidur. Pandangan yang banyak diterima adalah setiap orang membutuhkan waktu tidur delapan jam sehari agar tubuh dapat berfungsi dengan baik.

Para mahasiswa akan dibagi kedalam kelompok. Kelompok pertama membaca artikel yang menyatakan kebutuhan tidur adalah delapan jam, kemudian kelompok kedua membaca artikel yang menyatakan kebutuhan tidur adalah enam jam. Begitu seterusnya hingga kelompok terakhir membaca artikel yang menyatakan bahwa tidak membutuhkan tidur. Mereka kemudian diminta memberikan pendapat mengenai artikel yang mereka baca.

2.   Ambiguitas Pesan

Pesan yang samar-samar (ambigu) dan tidak jelas namun diterima sebgaai pesan yang bagus dan menarik seringkali memberikan efek yang lebih positif dibandingkan dengan pesan yang jelas dan lugas.

3.   Pemikiran Dogmatis

Mereka yang berfikir secara dogmatis adalah kelompok orang yang paling sulit mengalami perubahan sikap. Mereka berfikir secara kaku dengan menggunakan prinsip kaca mata kuda. Mereka biasanya memiliki pemikiran dogmatis pada setiap issu. Mereka adalah orang-oranf yang memiliki wilayah penolakan yang tinggi terhadap isu-isu yag berbeda dengan apa yang dipahaminya sebagai benar selama ini.

BAB III MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERFIKIR

Manusia pasti mempunyai berbagai macam sifat dan sikap, contoh sikap kritis, ini adalah sikap yang penting guna untuk mendorong ke majuan,ilmu pengetahuan tidak akan berkembang tanpa pemikiran yang kritis. teori yang memberikan perhatian terhadap masalah ini dinamakan “teori kemungkinan elaborasi atau elaboration likelihood theory ( ELT ). yang dikembangkan oleh Richard petty and john cacciopo, ELT ini menjelaskan tentang bagaimana cara yang dilakukan orang ketika mengevaluasi informasi yang diterimanya, terkadang beberapa orang mengevaluasi suatu informasi dengan cara yang rumit menggunakan dengan pemikiran yang kritis ataupun dengan tidak menggunakan pemikiran kritis. Dan terkadang orang sangat memikirkan persoalan namun ada pula orang yang terlalu menggampangkan persoalan contohnya ucapan “gitu aja ko repot!” adalah contoh orang yang menggampangkan persoalan.

Teori kemungkinan elaborasi memberikan prediksi apakah seseorang akan menggunakan pemikiran kritisnya terhadap suati isu atau tidak,menurut teori ELT ini orang memproses suatu informasi di dalam otaknya terdiri atas 2 cara ,membawa informasi itu melalui jalur sentar atau pusat ( counter route), dan yang kedua membawa informasi itu melalui jalur peripheral atau jalur pinmggiran(peripheral route). Elaborasi atau pemikiran kritis terjadi pada jalur sentral pada otak manusia sedangkan pemikiran yang kurang kritis terjadi pada jalur peripheral.

A.     Berpikir Melalui Jalur Sentral

Teori berpikir melalui jalur sentral ini mengolah pesan atau informasi secara aktif menelaah dan memikirkan informasi itu dan mempertimbangkan dengan memperhatikan informasi lain yang sudah anda miliki sebelumnya, jalur sentral berfungsi untuk melakukan elaborasi terhadap pesan atau informasi yang diterima, elaborasi dapat di definikan sebagai : “seberapa jauh seseorang untuk berpikir secara cermat terhadap argumentasi yang relevan terhadap suatu isu dalam komunikasi persuasive. Sehingga pada jalur ini otak akan mencermati ,meneliti, dan menguji secara hati-hati dalam setiap argument.

B.        Berpikir Melalui Jalur Periferal

Jalur peripheral dalam otak manusia menawarkan cara mudah untuk menerima atu menolak informasi yang akan kita terima. Penerimaan informasi secara mudah ini dilakukan sebagaimana dikemukakan petty dan cacioppo “ tanpa melakukan pemikiran yang aktif terhadap berbagai atribut isu atau hal-hal yang perlu dipertimbangkan” sehingga melalui jalur peripheral ini menjadikan orang kurang kritis terhadap informasi yang diterima, selain itu perubahan yang terjadi akan bersifat sementara ( temporal). Cialdini mengemukakan 6 alasan yang digunakan individu sebagai cara mudah untuk berpikir , yaitu :

1.      Konsistenssi, alasan karena bisa bersifat negative terkadang manusia selalu tidak konsisten.
2.      Sosial, alasan menggunakan orang lain sebagai pembenar contoh, “orang lainpun bisa melakukannya”.
3.      Kesukaan, alasan perasaan simpati terhadap seseorang, terkadang orang  melihat dari cover saja tidak melihat dari dalamnya. Sehingga tidak kritis pemikirannya.
4.      Kekuasaan, alasan karena orang dengan mempunyai sifat ini menghentikan orang untuk berpikir kritis. Seenaknya terhadap orang.
5.      Kelangkaan, alasan kelangkaan, adalah perasaan takut kehabisan atau tidak kebagian, contoh “ayo cepat nanti kita tidak kebagian barang ” padahal kenyataannya cukup untuk persediaan semua, tetapi orang tetap saja berdesak-desakan , dan rela antri untuk mendapat sesuatu.
6.      Tanggapan, alasan karena untuk memberi respon atau balasan terhadap pernyataan cepat tanpa pertimbangan mendalam.

C.       Motivasi Berpikir

 Menurut Petty dan Cacioppo manusia pada dasarnya berkeinginan untuk selalu memiliki sikap atau pandangan yang benar terhadap semua hal. Walaupun manusia terkadang tidak selalu mampu untuk menggunakan nalar atau logika secara baik namun manusia memiliki kecenderungan untuk selalu serius dalam mencari kebenaran. Contoh setiap informasi pasti berupaya untuk menarik perhatian kita , dan banyak pesan yang selalu membujuk kita sehingga kita terkadang suka pusing dan terlalu banyak pikiran sehingga otak menjadi overload. Kelebihan beban. Dan akhirnya kitapun pasti akan memikitrkan dan lebih bersifat selektif terhadap informasi yang diterima dan lebih mencermati pesan-pesan uang dianggap penting saja. Motivasi pada dasarnya memiliki 3 faktor yaitu:

1.      Keterlibatan pribadi terhadap suatu topic, semakin penting suatu isu yang menyangkut kepentingan nada ,maka semakin besar anda menggunakan pemikiran kritis anda.
2.      Keberagaman argument, anda akan berpikir kritis jika terdapat banyak pandangan yang dikemukakan terhadap suatu isu. Jika mendengar sejumlah orang berbicara dan mengemukakan pandangan berbeda mengenai suatu isu maka mudah menentukan secara cepat pandangan mana yang paling tepat sehingga anda harus menggunakan pemikiran kritis anda.
3.      Kecenderungan pribadi. Orang-rang tertentu cenderung untuk mempertimbangkan segala hal dengan cermat seghingga mereka lebih sering menggunakan pemikiran kritisnya dibandingkan orang lain. Orang-orang yang memiliki sifat argumentatatif pada umumnya orang-orang tersebut lebih sering menggunakan pemikiran kritis.

D.       Kemampuan Berpikir
       
Ketika seseorang sudah termotivasi untuk memikirkann isi pesan maka tidak serta merta ia mampu menelaah dan berpikir secara kritis terhadap isi pesan yang diterimanya. Dengan demikian apakah orang tersebut memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis atau tidak ? Melakukan elaborasi atau berpikir kritis membutuhkan kecerdasan dan juga konsentrasi.

Jika anda tidak termotivasi dan tidak memiliki kemampuan untuk mengelola pesan pada jalur sentral maka anda cenderung kembali menggunakan jalur periferal maka begitu pula sebaliknya jika anda termotivasi dan mampu memproses informasi pada jalur sentral maka informasi itu akan dibandingakan dengan pengetahuan  yang sudah anda miliki sebelumnya. Jika pengetahuan yang dimiliki ternyata tidak memadai dalam membuat penilaian terhadap suatu informasi maka informasi itu dikeluarkan dari jalur sentral untuk dikembalikan ke jalur periferal.

        Petty dan Cacioppo percaya bahwa motivasi dan kemampuan yang dimiliki seseorang berperan besar dalam meningkatkan kemungkina suatu pesan atau informasi ditelaah secara cermat di dalam pikirannya. Dalam teori sebelumnya, tidak mudah bagi orang untuk mengelolah dan mencermati informasi yang diterimanya secara jujur dan obyektif. Hal ini disebabkan  seseorang tersebut memiliki struktur pengetahuannya sendiri mengenai suatu isu atau topik yang menyebabkan mereka cenderung objektif atau bias dalam memberikan penilaian terhadap pandangan orang lain mengenai isu yang sama.

        Petty dan Cacioppo menyebut pemikiran yang mengalami bias ini sebagai “ top down thinking in which a predetermined conclusion colors the supporting data underneath ” yang berarti “ pemikiran yang berasal dari atas menuju ke bawah yang mana kesimpulan dibuat terlebih dulu yang mewarnai data-data pendukung yang ada di bawahnya.” Adapun pemikiran objektif adalah sebagai “ bottom-up thinking, which lets facts speak for themselves,”  yang berarti “ pemikiran dari bawah ke atas yang mana hanya fakta sajalah yang berbicara mewakili dirinya.”

        Pemikiran bias biasanya hanya memperkuat gagasan yang sudah ada atau tertanam sebelumnya. Dengan demikian pemikiran kritis tidak selamanya memberikan pencerahan kepada seseorang, tergantung pada apakah ia berpikir dan melakukan elaborasi secara objektif atau ia berpikir bias. Kualitas argument yang kita kemukakan juga berperan penting dalam mengubah pandanga orang lain. Hal ini disebabkan karena argumentasi itu diolah secara kritis. Otak akan mengidentifikasikan mana argument yang bagus atau kuat dengan mana argument yang jelek atau kemah dimana seseoranng akan terpengaruh dengan argument yang bagus.

E.        Kekuatan Argumen


Menurut Petty dan Cacioppo, apakah orang akan berpikir secara objektif ataukan tidak akan sangat dipengaruhi pada pandangannya terhadap kekuatan argument yang diterimanya. Kedua ahli teresebut tidak secara tegas menyebutkan apa kriteria arhumen kuat atau argument lemah. Mereka hanya mendefinisikan argument kuat sebgai  “ one that generates favorable thoughts when it’s heard and scrutinized” yang berarti “ argument yang menghasilkan pemikiran yang menyenangkan ketika didengar dan ditelaah.”.  Hal ini biasanya akan menghasilkan perubahan pandangan pada diri orang yang bersangkutan.

Argument yang disertai dengan fakta-fakta yang kuat dan relevan merupakan bentuk  argument yang kuat dan meyakinkan. Walaupun argument tersebut dinilai tidak menyenangkan dan bertentangan dengan pandangan yang sudah dimiliki sebelumnya namun argument kuat dapat menghaslkan perubahan pandangan.


BAB IV  PROSES BERPIKIR DAN MERANCANG STRATEGI PESAN
                       
Psikologi komunikasi memberikan perhatian pada bagaimana individu sebagai komunikator mengelola berbagai informasi dalam pikirannya yang akan menghasilkan pesan untuk disampaikan kepada orang lain. Psikologi komunikasi berupaya mengamati pada berbagai pilihan dan strategi individu untuk mencapai barbagai tujuan pesan yang tertanam secara internal di dalam dirinya.

Teori kumpulan  tindakan yang dikembangkan oleh John Greene membahas bagaimana kita mengelola pengetahuan di dalam pikiran dan menggunakannya untuk membuat pesan. Menurut teori ini, manusia membentuk pesannya dengan menggunakan apa yang disebut dengan pengetahuan isi dan pengetahuan procedural.



A.    Pengetahuan Prosedural

               Pengetahuan procedural terdiri atas elemen ingatan yang berhubungan dengan perilaku, konsekuensi dan situasi. Misalnya, anda mungkinakan tersenyum ketika anda menyapa seorang teman dan mengatakan tentang kabarnya yang kemudian teman anda pun kembali menyapa anda. Kejadian ini akan anda ingat sebagai seperangkat elemen ingatan yang saling berhubungan dimana terdapat hubungan antara situasi menyapa, senyuman, penggunaan kata-kata dan penerimaan sapaan balasan.

               Kelompok elemen ingatan yang paling sering digunakan akan menjadi semakin kuat dan membentuk ikatan sedeikian rupa sehinga elemen ingatan tertentu cenderung mengelompok menjadi apa yang disebut dengan modul yang oleh Greene dinamakan catatan procedural. Catatan procedural tidaklah tegas dalam arti tidak memiliki batas yang jelas.

               Catatan procedural adalah seperangkat hubungan antara elemen ingatan dalam suatu jaringan tindakan, hubungan antara elemen ingatan ini merupakan hubungan otomatis jika anda melakukan suatu perbuatan secara berulang-ulang. Ketika anda melakukan suatu tindakan maka anda harus mengumpulkan prosedur yang sesuai. Dari seluruh tindakan yang ada daam ingatan maka anda harus memilih prosedur yang paling sesuai denga situasi yang tengah dihadapi agar memperoleh hasil atau konsekuensi yang diinginkan dengan cara memilih suatu urutan tindakan.

               Prosedur yang terkumpul menjadi saling terikat dengan sangat kuat karena sangat sering digunakan sehingga orang menjadi bergantung kepada prosedur yang bersangkutan sebagai suatu tindakan yang sudah terperogram yang disebut dengan kumpulan bersatu.

               Menurut Greene, setiap elemen ingatan yang diaktifkan tersebut pada awalnya menjadi bagian dari berbagai catatan procedural, namun pikiran anda mengambil keluar berbagai elemen yang diaktifkan itu untuk kemudian digabungkan menjadi koalisi. Adapun representasi keluaran yaitu segala ingatan yang anda butuhkan agar anda dapat bertindak dengan tepat dan terartur, mulai dari yang paling sulit hingga mudah.

               Proses kumpulan tindakan tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan motivasi tetapi juga kemampuan untuk menemukan dan mengatur tindakan yang diperlukan secra cepat dan efisien. Jika anda melakukan kesalahan atau mengalami kesulitan dalam melakukan sesuatu, walaupun anda telah memiliki pengetahuan dan motivasi yang benar, berarti anda tidak mampu menyatukan berbagai pengalaman atau tindakan terbalik yang pernah anda lakukan.
               Kumpulan tindakan membutuhkan waktu dan upaya untuk melaksanakannya. Berpikir adalah kerja. Semakin kompleks tugas kumpulan tindakan semakin banyak waktu dan tenaga yang diperlukan. Walaupun komunikator tampaknya memberikan tanggapan secara cepat terhadap situasi yang dihadapinya tanpa menunjukkan upaya, namun penelitian menunjukkan bahwa setiap tanggapan membutuhkan waktu walaupun hanya sepersekian detik.

B.      Tujuan Komunikasi
           
Teori Mikrokognitif membahas operasional kognitif secara khusus sebaliknya, dua teori yang akan dibahas berikut ini adalah dua teori Makrokognitif , karena bagaimana kita menyusun pesan pada level tindakan yang sulit. Barbara O’Keefe mengajukan dua pendekatan  mengenai teori produksi pesan yang disebutnya sebagai model ‘pilihan strategi’ ( strategy Choice )dan ‘Desain Pesan’ ( message Design )  Model pilihan strategi melihat bagaimana komunikator memilih di antara berbagai strategi pesan untuk mencapai suatu tujuan  , sedangkan model desain pesan memberikan perhatiannya pada bagaimana komunikator mrmbangun pesan untuk mencapai pesan .

1.      Mendapatkan kepatuhan

 Upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan merupakan tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan. Mendapatkan kepatuhan ( gaining compliance ) adalah upaya yang kita lakukan agar orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan  atau agar mereka menghentikan pekerjaan yang tidak kita sukai .

Strategi mendapatkan kepatuhan
Oleh Marwell dan Schmitt
1.      Janji. Menjanjikan hadiah bagi kepatuhan.
2.      Ancaman. menunjukan bahwa hukuman akan dikenakan bagi yang tidak patuh.
3.      Menunjukan atas hasil positif. menunjukan bagaimana hal-hal baik akan terjadi bagi mereka yang patuh.
4.      Menujukan keahlian atas hasil negatif. Menunjukan bagaimana hal-hal buruk akan terjadi pada mereka yang tidak patuh.
5.      Menyukai. Menunjukan keramahan.
6.      Memberi duluan. Memberikan penghargaan sebelummeminta kepatuhan.
7.      Mengenakan Stimulasi aversif. Menggunakan hukuman hingga memperoleh kepatuhan.
8.      Meminta ‘utang’ mengatakan kepada seseorang mengenai bantuan atau pertolongan yang pernah diterimanya pada masa lalu.
9.      Membuat daya tarik Moral. Menggambarkan kepatuhan sebagai hal yang baik dilalkukan secara moral.
10.  Menyatakan perasaan positif. Mengatakan kepada orang lain betapa senanganya dia jika terdapat kepatuhan.
11.  Menyatakan perasaan Negatif. Mengatakan kepada orang lain betapa tidak senangnya dia jika tidak ada kepatuhan.
12.  Perubahan peran secara positif. Menghubungkan kepatuhan dengan orang-orang yang memiliki kualitas baik.
13.  Perubahan secara Negatif. Menghubungkan ketidakpatuhan dengan orang-orang yang memiliki kualitas buruk.
14.  Patuh karena peduli. Mencari kepatuhan orang lain semata-mata sebagai bentuk bantuan atau pertolongan orang itu.
15.  Menunjukan penghormatan positif. Mengatakan kepada seseorang bahwa ia akan disukai orang lain jika ia patuh.
16.  Menunjukan penghormatan negatif. Mengatakan kepada seseorang bahwa ia akan kurang disukai orang lain jika tidak patuh.
           
Marwell dan Schmitt menggunakan teori pertukaran. menurut mereka Kepatuhan adalah suatu pertukaran dengan sesuatu hal lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan . Jika Anda mengerjakan apa yang saya inginkan maka saya memberikan Anda sesuatu sebagai imbalannya seperti penghormatan, persetujuan, uang, pembebasan, kewajiban, perasaan yang menyenangkan dan sebagainnya. Dengan kata lain anda akan memperoleh kepatuhan mereka  jika Anda memiliki sumber daya yang cukup untuk memberikan atau tidak memberikan sesuatu yang mereka inginkan.

  Dalam upaya untuk dapat menyusun sejumlah prinsip kepatuhan yang lebih diringkas Marwell dan Schmitt kemudian meminta sejumlah orang untuk menerapkan ke -16 daftar tersebut ke dalam  berbagai situasi yang memungkinkan orang untuk patuh agar mendapatkan imbalan tertentu . Hasilnya adalah lima strategi umum, atau lima kelompok taktik, yang mencakup:

Ô Pemberian penghargaan ( termasuk didalammnya memberikan janji ),
Ô Hukuman ( termasuk mengancam ),
Ô Keahlian ( menunjukan kemampuan terhadap penghargaan ),
Ô Komitmen impersonal ( Misalnya daya tarik moral ),
Ô Komitmen personal ( misalnya utang)

Lawrence Wheels dan dan rekan melakukan analisis komperehensif dngen melakukan kajian dan  mengintregrasikan berbagai skema mendapatkan kepatuhan. Menurutnya, cara terbaik untuk mengklasifikasikan pesan untuk mendapatkan kepatuhan adalah berdasarkan jenis kekuasaan yang digunakan komunikator ketika mencoba mendapatkan kepatuhan  dari orang lain. Whelees mengemukakan ketiga tipe umum kekuasaan, diantaranya sbb.
a.       Kekuasaan dalam hal kemampuan untuk memanipulasi konsekuensi dalam suatu arah tindakan tertentu ( ability ‘to manipulate the consequences of’ a certain course of action)  Orang tua sering kali menggunakan kekuasaan jenis ini ketika menghukum atau memberikan penghargaan terhadap anak-anak mereka.
b.      Kekuasaan atau kemampuan untuk memnentukan posisi hubungan ( relation posisition) seseorang dengan orang lain . Disini orang memiliki kekuasaan yang dapat mengidentifikasi elemen-elemen tertentu dari suatu hubungan yang dapat membawa kepatuhan.
c.       Kekuasaan atau kemampuan untuk menentukan nilai, kewajiban atau keduanya ( to define values, obligations, or both ). Disini seseorang memiliki kredibilitas untuk mengatakan kepada orang lain berbagai norma tindakan yang diterima atau diperlukan. 

2.      Menyelamatkan Muka

        Teori Kontrutivisme telah menunjukan kepada kita bahwa orang sering kali mencoba untuk mencapai lebih dari satu tujuan dalam satu kali tindakan dan kesopanan (politeness ) yaitu tindakan untuk menyelamatkan atau melindungi muka orang lain, kerap menjadi salah satu tujuan yang hendak ingin dicapai. Studi psikologi komunikasi yang secara khusus mendalami masalah kesopanan dan penyelamatan muka wajah ini dilakukan oleh Penelope Brown dan Stephen Levinson. Teori ini menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita merenccanakan pesan yang dapat menyelamatkan muka sekaligus mencapai tujuan lainnya.

        Brown dan Levison percaya bahwa kesopanan sering kali merupakan tujuan, karena kesopanan meruapakan nilai universal secara kultural . setiapa kebudayaan memiliki derajat yang berbeda dalam hal kebutuhan terhadap kebutuhan dan  cara-cara yang berbeda untuk menjadi sopan. Tetapi semua orang memiliki kebutuhan untuk dihargaidan dilindungi. Brown dan levison menyebut ini sebagai face needs atau kebutuhan muka.
Beberapa konsep mengenai muka :

a)      Muka Postif ( positive face ) yaitu keinginan untuk dihargai dan disetujui, disukai dan dihormati. Kesopanan postif dirancang untuk memenuhi hasrat seseorang untuk mendapatkan muka positif. Menunjukan perhatian, memberikan pujian dan menunjukan penghormatan merupakan beberapa contoh kesopanan positif.
b)      Muka negatif (Negative face) adalah keinginan untuk bebas dari permintaan bantuan orang lain , dan kesopanan negatif dirancang untuk melindungi  orang lain ketika kebutuhan wajah negatif terancam .

Kesopanan  menjadi lebih penting ketika harus mengancam wajah orang lain , hal ini sering terjadi dalam hubungan kita dengan orang lain . kita melakukan tindakan yang disebut dengan ‘tindakan mengancam muka ’ atau face-threatening acts (FTA) ketika kita,  karena perbuatan yang kita lakukan ternyata gagal atau tidak berhasil memenuhi kebutuhan wajah positif dan negatif.
       
Dalam hal kesopanan yang kita gunakan akan bergantung kepada sejumlah hal. Terdapat lima pendekatan yang dapat kita gunakan ketika suatu FTA akan dilakukan. Dalam hal kita dapat:

§ Menyampaikan FTA secara apa adanya dan langsung adan tanpa basa basi
§ Menyampaikan FTA disertai dengan kesopanan positif
§ Menyampaikan FTA disertai dengan kesopanan negatif
§ Menyampaikan FTA secara tidak langsung atau off-the-record dan
§ Tidak Menyampaikan FTA sama sekali.


BAB V   BERPIKIR RUMIT DAN SEDERHANA
           
A.       Konstruk Personal

 Teori kontruktivisme dibangun berdasarkan teori ‘konstruk pribadi’atau konstruk personal ( personal construt ) oleh George Kelly yang terlebih dulu.  Teori menyatakan bahwa orang memahami pengalamannya dengan cara mengelompokkan berbagai hal atau peristiwa menurut kesamaannya dan membedakan berbagai  hal dan peristiwa melalui perbedaannya. Perbedaan yang terlihat tidak berifat natural tetapi perbedaan itu ditentukan oleh berbagai perangkat yang saling bertentangan yang ada dalam sistem kogniif seseorang.  Seperti , tinggi-pendek , panas-dingin , hitam-putih, cepat-lambat.

Sistem kognitif individu terdiri atas sejumlah perbedaan semacam ini dan dengan cara mengelompokkan pengalaman ke dalam sejumlah kategori maka individu memeberikan makna terhadap pengalaman.

Menurut teori ini, konstruk personal diatur atau diorganisir ke dalam skema interpretatif yang akan mengidentifikasikan yang akan mengidentifikasikan suatu objek dan menempatkan obejek itu ke dalam suatu kategori. Dengan skema interpretatif ini, kita juga meraasakan suatu peristiwa dengan menempatkannya ke dalam kategori yang lebih besar. Skema interpretatif berkembang seiring dengan tingkat kedewasaan seiring dengan dengan tingkat kedewasaan seseorang, berpindah dari sifat awalnya yang sederhana dan umum menjadi bersifat lebih kompleks dan spesifik.



B.        Kompleks Kognitif

            Teori konstruktivisme mengakui bahwa konstruk personal memiliki latar belakang sosial, dengan demikian konstruk personal dipelajari memalui interaksi dengan orang lain. Karenanya, kebudayaan memiliki peran signifikan dalam menentukan suatu peristiwa. Budaya dapat mempengaruhibagaimana tujuan komunikasi ditentukan, bagaimana tujuan harus dicapai, sekaligus konstruk yang digunakan dalam skema kognitif. Teori kontruktivisme lebih mengutamakan pengamatan pengamatannya pada berbagai perbedaan individumelalui kompleksitas konstruk persoalannya dan juga strategi yang digunaka dalam berkomunikasi.

Individu dengan skema interpretatif yang berkembang baik yang melihat lebih banyak perbedaan ketika melihat dunia sekitarnnya dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki skema interpretatif yang baik.
Kompleksitas dari  suatu sistem atau kesederhanaan sistem merupakan fungsi dari jumlah relatif konstruk personal dan derajat perbedaan yang dapat Anda buat. Mereka yang memiliki kerumitan kognitif dapat melihat lebih banyak perbedaan dari pada mereka yang memiliki sistem kognitif sederahana.

Para konstruktivis menemukan bahwa kecenderungan seseorang untuk membantu orang lai n menyelamatkan mukannya memiliki hubungan dengan kompleks kognitif yang dimilikinya.

Konstruk pribadi antar individu ( interpersonal construct ) menjadi lebih penting karena dapat memandu bagaimana kita memahami orang lain. Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal tingkat kompleksitas yang akan digunakan dalam memandang orang lain. Jika Anda termasuk orang yang sederhana secara kognitif maka Anda akan cenderung untuk juga menyederhanakan setiap hal, sebaliknnya jika Anda memilki sistem kognitif yang lebih kompleks maka Anda cenderung memilki pengertian yang lebih luas terhadap cara berpikir atau prefektif terhadap orang lain dan memiliki kemampuan lebih baik untuk membingkai pesan sehingga lebih mudah dipahami orang lain. Kemampuan yang disebut dengan istilah pengambilan presfektif ini akan mengarahkan seseorang untuk argumen yang lebih canggih dan menimbulkan daya tarik pada dirinya . Orang yang memilki kemampuan menyesuaikan tingkat komunikasinya dengan tingkat komunikasi lawan bicaranya ini disebut dengan istilah persin-centered communication ( komunikasi terpusat pada orang )

C.       Komunikasi Canggih

Menurut Delia, orang yang memiliki persepsi kognitif atau struktur mental yang rumit atau kompleks memiliki keunggulan dalam berkomunikasi dngan orang lain dibandingkan dengan mereka yang memiliki struktur mental yang sederhana atau kurang berkembang. Mereka yang memiliki kemampuan kognitif yang komplks, atau dengan kata lain memiliki kopleksitas kognitif lebih tinggi, menunjukkan kemampuan untuk menyampaikan pesan secara lebih unggul dan canggih yang mampu mmberikan peluang besar bagi tercapainya tujuan komunikasi. Terdapat dual ciri dari komunikasi canggih yaitu :
1.      Pesan Terpusat pada Diri

Pesan yang terpusat pada diri seseorang atau person-centered message (PMC) didefinisikan sebagai “message which reflect an awareness of and adaptations to subjective, affective and relational aspects of the communication context” (pesan yang menggambarkn suatu kesadaran dan penyesuaian terhadap berbagai aspek subjektif, emosi dan aspek hubungan konteks komunikasi).
Komunikasi yang berbasiskan PMC, pembicara mampu mengantisipasi bagaimana berbagai individu memberikan tanggapan terhadap suatu pesan yang mampu melakukan penyesuaian terhadap cara ia berkomunikasi.

2.      Pesan Banyak Tujuan

Pesan canggih yang sebenarnya tidak saja menunjukkan upaya pembicara atau penulis untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap lawan bicara tetapi juga adanya sejumlah tujuan yang ingin dicapai pada saat bersamaan.

D.       Merancang Pesan

Menurut O’Keefee, setiap orang memiliki salah satu dari tiga cara berkomunikai yang disebut dengan ‘logika rancangan pesan’ (message design logic) yang menjelaskan bagaimana individu merancang atau mendesain pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Ketiga cara mendesain pesan yaitu :

1.         Logika Ekspresif

Mereka yang masuk dalam kategori logika ekspresif (expressive design logic) adalah orang-orang yang memiliki pandangan bahwa “bahasa adalah medium untuk menyatakan pikiran dan perasaan”. Mereka melulu mengatakan bahwa berkomunikasi dengan mengemukakan pikiran dan persaan maka orang lain akan mengetahui apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Tujuan mereka melakukan komunikasi adalah keterbukaan dan kejujuran. Mereka tidak mudah percaya pada kata-kata yang disampaikan orang-orang dari kalangan profesi tertentu seperti pengacara, politisi, salesman, penceramah yang --karena tuntutan pekerjaan—sering kai ‘bermain-main’ dengan kata-katanya. Mereka yang menggunakan logika ekspresif dalam berkomunikasi percaya bahwa kata-kata memiliki maknanya sendiri sehingga tidak dibutuhkan interpretasi untuk itu.

2.         Logika Konvensional

Mereka yang masuk kategori logika konvensional (conventional design logic) adalah orang yang memiliki pandangan bahwa “communication is a game played cooperatively, according to socially conventional rules dan procedures”. (komunikasi adalah suatu permainan yang dilakukan dengan bekerja sama, menurut prosedur dan aturan social konvensional). Orang yang melakukan komunkasi secara konvensional memandang komunikasi yang efektif sebagai kepatutan. Orang terlebih dulu mempelajari aturan main dalam berkomunikasi, dan melakukan komunkasi secara sepatutnya melalui kerja sama. Kerja sama mencakup pemahaman bersama mengenai batasan-batasan, cara menyampaikan pujian, permintaan maaf ataupun ucapan (narasi).

3.         Logika Retorik

Dalam berkomunikasi, mereka yang masuk dalam ketegori ini memiliki pandangan bahwa “communication is a reaction and negotiation of social selves and situations”. (komunikasi adalah proses pembentukan dan negosiasi situasi social dan diri social). Pandangan ini sesuai dengan gagasan bahwa sejumlah individu yang terlibat dalam percakapan seara bersama-sama akan menciptakan realitas social bagi mereka. Menurut gagasan ini, tidak ada yang tetap di dunia ini, karena segala sesuatunya selalu berubah.

E.         Cara Berkomunikasi

 Hasil penelitian menunjukkan tiga cara berkomunikasi berdasarkan tingkat   
 kecanggihannya sebagai berikut :
1.   Cara berkomunikasi yan palin kasar adalah mengabaikan pikiran dan perasaan orang yang sedih itu, misalnya dengan mengatakan “Kamu tidak perlu sedih karena putus hubungan dengan pacar. Masih banyak kok cowok lain yang mau dengan kamu”
2.   Cara komunikasi tingkat menengah memberikan perhatian kepada kesedihan orang lain. Misalnya : “Aku merasa prihatin karena kalian berdua harus berpisah. Hal seperti ini terkadang tidak bisa kita hindari. Perpisahan tampaknya menjadi bagian dari suatu hubungan”.
3.   Komunikasi canggih menghasilkan pesan yang membenarkan atau membela perasaan orang lain dan sering kali menambahkan perspektif tmbahan terhadap situasi yang dihadapi. Misalnya, “Saya tahu ini menyakitkan, saya tahu kmu terluka dan marah saat ini, dan itu sah-sah saja karena hubungan kalian sudah cukup dalam. Kalian pacaran sudah lama dan kamu pasti mengharapkan semuanya berjalan baik-baik saja.
Salah satu dari ciri komunikasi canggih adalah penyampaian pesan yang bersifat menenangkan. Pesan yang disampaikan untuk menenangkan perasaan yang tertekan yang dialami orang lain. Pesan canggih biasanya diterima orang lain sebagai hal yang menyenangkan, menenangkan dan membuat nyaman dibandingkan dengan pernyataan keprihatinaan biasa dalam hubungan social yang terasa seperti basa-basi.


BAB VI  RENCANA TINDAKAN DAN LOGIKA PESAN

Charles Berger (1997) adalah pencetus theory of planning atau teori rencana sebagai salah satu teori yang cukup terkenal dalam psikologi komunikasi. Teori rencana menjelaskan proses yang dilalui seseorang dalam merencanakan perilaku komunikasi mereka.
Berger menyatakan bahwa rencana adalah “hierarchical cognitive representations og foal-directed action sequences” (representasi kognitif secara hierarki dari urutan tindakan yang diarahkan pada tujuan). Dengan  kata lain, rencana adalah gambaran mental dari sejumlah langkah yang akan ditempuh seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Langkah-langkah yang akan dilalui itu bersifat hierarki atau berjenjang.

A.          Merencanakan Tindakan

Tidaklah mudah melakukan studi mengenai perilaku mencapai tujuan (goal behavior) karena tujuan cenderung kompleks. Banyak tujuan kita yang sebenarnya adalah bagian dari proses perencanaan itu sendiri. Tujuan menjadi proses perencanaan disebut dengan metatujuan (metagoal), yang berfungsi memandu berbagai rencanayang kita buat.

Terkadang anda menghadapi situasi yang menuntut anda untuk melakukan perubahan strategi tingkat tinggi.

Rencana dan keberhasilan mencapai tujuan sangat berpengaruh pada emosi kita. Jika rencana gagal maka orang cendering bereaksi secara negatif. Sebaliknya, jika rencana berjalan baik orang merasa senang. Seberapa besar perasaan negatif yang kita alami ketika gagal mencapai tujuan tergantung pada seberapa penting tujuan itu dan dan juga seberapa keras kita bekerja untuk mencapai tujuan dan seberapa dekat kita ke tujuan.

Berger mengatakan bahwa keputusan dan kepantasan sosial adalah metatujuan yang penting. Kita biasanya bertindak dengan cara yang memenuhi kepantasan sosial, namun demikian, terdapat pengecualian. Karena adanya emosi negatif yang sering kita rasakan ketika tujuan kita gagal, terlebih ketika kegagalan itu kita pandang penting dan terjadi berualng-ulang, maka kita sering bertindak diluar kepantasan sosial. Hal lain juga dapat terjadi pada situasi ini, yaitu kita terus berupaya mencapai tujuan namun karena merasa sudah putus asa maka kita cenderung menggunakan rencana-rencana yang semakin sederhana.
Perasaan nyaman yang kita rasakan pada saat melaksanakan rencana dinamakan ‘Fluiditas tindakan’ (action fluidity), dan orang terkadang memiliki fluiditas yang tinggi dan terkadang rendah. Semakin kompleks suatu rencana dan semakin besar emosi yang terlibat maka semakin rendah fluiditas tindakan kita.
B.           Logika Pesan

Barbara O’Keefe pada awalnya adalah seorang pendukung teori konstruktivisme namun kemudian ia memperluas teorinya dengan memasukkan juga pandangan-pandangan yang terkait dengan bagaimana orang mendesain pesan. Tesis yang diajukan menyatakan bahwa manusia berpikir secara berbeda mengenai bagaimana berkomunikasi dan membuat pesan, dan manusia menggunakan logika yang berbeda dalam memutuskan apa yang harus dikatakan kepada orang lain pada situasi tertentu. Dia menggunakan istilah ‘logika dalam merancang pesan’ (message design and logic) untuk menjelaskan bagaimana proses berpikir terjadi sehingga muncul pesan.

O’Keefe mengemukakan tiga logika dalam merancang pesan dimulai dari yang paling tidak terpusat pada orang (least person-centered) hingga yang sangat terpusat (most person-centered. Sebagai berikut:

1.      Logika ekspresif (expressive logic) yaitu logika yang memandang komunikasi sebagai suatu acara untuk mengekspresikan diri dan untuk menyatakan perasaan dan pikiran. Pesan yang terdapat pada logika ekspresif ini bersifat terbuka dan reaktif, dengan hanya memberikan sedikit perhatian pada kebutuhan orang lain. dalam hal ini, logika ekspresif bersifat self-centered atau terpusat pada lawan bicara sebagaimana yang dikenal dalam teori konstruktivisme. Contoh, anda marah kepada seorang teman yang tidak mengembalikan buku yang dipinjamnya dari anda.

2.      Logika konvensional, yaitu logika yang melihat komunikasi sebagai suatu permainan yang dimainkan dengan mengikuti sejumlah aturan. Disini komunikasi merupakan alat untuk mengekspresikan diri yang dilakukan menurut aturan dan norma yang diterima termasuk hak dan tanggung jawab masing-masing orang yang terlibat. Logika jenis ini bertujuan untuk merancang pesan yang sopan, pantas, dan berdasarkan aturan yang sepatutnya diketahui semua orang. Contoh, teman anda hendak meminjam buku anda, namun sebelumnya anda memperingatkan dia untuk mengembalikannya dalam waktu tifa hari dan dia setuju.

3.      Logika retorika (rhetorical logic) yaitu logika yang memandang komunikasi sebagai suatu cara untuk mengubah aturan melalui negosiasi. Pesan yang di rancang dengan menggunakan logika ini cenderung lentur atau fleksibel, memiliki pemahaman dan terpusat pada lawan bicara. Pembicara yang menggunakan logika ini cenderung untuk membungkai ulang situasi yang dihadapi agar berbagai tujuan, termasuk persuasi dan kesopanan, dapat diintregasikan dalam satu kesatuan yang bulat. Contoh, anda menyarankan teman anda secara sopan untuk meminjam buku yang sama di perpustakaan agar ia bisa mengembalikan buku anda yang dipinjammnya.


C.          Interpretasi Pesan

     Charles Osgood, seorang ahli psikologi sosial yang terkenal pada tahun 1960-an, berhasil membangun teori-teori mengenai arti atau makna (theory of meaning) yang paling berpengaruh. Pada masa itu, ilmu psikologi masih didominasi oleh paham perilaku (behaviorism), sedangkan pendekatan kognitif belum populer namun teorinya mampu berpijak pada kedua tradisi tersebut. Teori yang dikemukakan Osgood menjelaskan bagaimana makna dipelajari dan bagaimana hubungan antara mana dengan pemikiran tindakan. Dewasa ini, teori Osgood dianggap sebgai teori klasik naun tetap bermanfaat sebagau titik awal yang bagus untuk memulau pemikiran mengenai bagaimana orang menginterpretasikan pesan.

Osgood pertama mengemukakan teori pembelajaran (learningtheory). Teori ini dimulai dengan asumsi bahwa individu memberikan respon terhadapa rangsangan (stimuli) yang berasala dari lingkungannya yang membentuk hubungan stimulus-respon (S-R). Ia percaya hubungan S-R berperan dalam pembentukan makna secara internal yang merupakan respon mental terhadap stimulus. Ketika anda mendengar suatu pembicaraan maka suatu hubunngan internal akan muncul di pikiran, dan hubungan ini membentuk makna anda atas konsep yang sedang anda bicarakan.

Selain itu, anda juga menerima stimulus fisik dan anda memberikan respon dalam bentuk perilaku. Respon yang anda berikan diperantarai oleh representasi internal didalam pikiran anda, dan makna yang anda berikan terletak pada stimulus yang diterima dan tanggapan yang anda berikan. Stimulus yang siterima dari luar akan menuju kepada makna internnal yang kemudian menghasilkan respon.
Makna internal sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu respon internal dan stimulus internal. Keseluruhannya terdiri atas tahapan sebagai berikut. (1) stimulus fisik; (2) respons internal; (3) stimulus internal; (4) respon luar.

Selain dari objek fisik, kita juga memiliki makna bagi tanda dari objek itu seperti kata-kata dan gerak tubuh. Dengan kata lain, bila suatu tanda dipadankan dengan maknanya maka tanda itu akan menghasilkan respon yang sama. Inilah sebabnya mengapa dengan hanya menyebutkan kata ‘pesawat terbang’ sudah bisa membuat takut sebagian orang.

Makna, karena bersifat internal dan unik berdasarkan pada pengalaman seseirang dengan lingkungan alamnya, disebut bersifat konotatif. Jika anda takut dengan ular maka kata ular akan menghasilkan tangggapan untuk lari dari karena takut, dan sebagian dari rasa takut itu bahkan diasosiakan dengan kata ular itu sendiri. Makna internal ini menjadi  perantara antara tanggapan yang anda berikan dengan kata tersebut, walaupun objek  ular yang sesungguhnya tidak ada.

Salah satu sumbangan penting yang diberikan Osgood adalah karyanya mengenai pengukuran makna. Metode pengukuran makna, disebut juga dengan perbedaa semantik (semantik differential), beranggapan bahwa makna yang dimiliki seseorang dapat diungkapkan dengan penggunaan kata sifat. Metodenya dimulai dengan menemukan seperangkat kata sifat yang dapat digunakan untuk menyatakan konotasi bagi setiap stimulus termasuk tanda. Kata sifat itu dipasangkan secara berlawanan seperti baik-buruk, tinggi-rendah, lambat-cepat. Orang yang akan ditanya (subjek) diberikan suatu kata atau tanda lainnya dan ia diminta untuk menunjukkan  pada skala 1-7 bagaimana ia mengasosialiasikam tanda dengan pasangan karena sifat tersebut.


Subjek diminta untuk memberikan tanda silang (x) pada ruang yang ada diantara dua kata sifat itu untuk menunjukkan derajat baik dan buruk suatu stimulus. Ia dapat mengisi sebanyak-banyaknya 50 skala untuk setiap stimulus, masing-masing dengan pasangan kata sifat yang berbeda-beda (cepat-lambat, aktif-tidak aktif dst). Subjek kemudian diberikan satu kata seperti pesawat terbang, serangga dan sebagainya dan ia diminta untuk mengisi berbagai skala tersebut.

Osgood kemudian menggunakan teknik statistik yang dinamakan ‘analisis faktor’ (factor anlysis) untuk menemukan dimensi dasar (basic dimension) seseorang terhadap makna. Temuannya dalam riset ini menghasilkan teori ‘ruang semantik’ (semantic space). Makna yang anda berikan terhadap setiap tanda akan berada pada ruang metaforik yang memiliki tiga dimensi utama yaitu sebagai berikut: evaluasi, aktivitas dan potensi. Setiap tanda yang diberikan kepada seorang subjek, mungkin suatu kata atau konsep, akan menimbulkan reaksi didalam diri orang itu yang terdiri atas tiga rasa yaitu evaluasi, (baik atau buru), aktivitas (aktif atau tidak aktif), dan potensi (kuat atau lemah).















BAB VII  PENUTUP

A.    Kesimpulan

Setiap individu pasti melakukan komunikasi intrapersonal. Yaitu proses komunikasi yang dilakukan oleh diri sendiri sehingga menimbulkan sikap. Hal tersebut dipengaruhi oleh keterlibatan ego, jangkar sikap, dan efek kontras. Bagaimana suatu sikap bisa muncul dari diri seseorang adalah bergantung pada proses komunikasi intrapersonalnya.
Ego adalah kepribadian yang berpikir mengetahui dan memecahkan masalah. Peran pokoknya mencari untuk menyenangkan id, tapi dibatasi oleh akal dan moralitas, Jangkar sikap adalah sebuah riset yang berkaitan dengan sejumlah orang diuji kemampuannya dalam menilai suatu hal misalnya berat suatu benda atau tingkat intensitas cahaya. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses serupa dapat dilakukan juga terhadap rangsangan (stimuli) non fisik. Efek kontras adalah suatu distorsi persepsi yang mengarah pada terjadinya polarisasi ide.

B.     Saran

Setiap mahasiswa khususnya mahasiswa ilmu komunikasi harus memahami tentang proses komunikasi intra personal, agar sikap yang dilakukan bisa diterima oleh lingkungannya. Karena, semua komunikasi antar pribadi diawali oleh komunikasi intra personal
.












DAFTAR PUSTAKA



Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor : Ghalia Indonesia.

Comments

  1. Poker Room in Maryland - JTAHub
    Casino and Sportsbook — 부천 출장샵 In an exclusive poker 의왕 출장샵 room near 광주광역 출장마사지 you, the 남원 출장안마 poker room 용인 출장안마 at Mohegan Sun, will have a 100% match up to $2,500. In addition to a full

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Surat Penolakan Kerjasama

Penggorganisasian, Pelaksanaan, Koordinasi, Wewenang & Tanggung Jawab

Contoh Percakapan Bahasa Jepang